Rabu, 25 Desember 2019

Khutbah Gerhana Matahari

Kaum muslimin rohimakumullah, dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Istri Nabi ﷺ, yaitu 'Aisyah rodhiyallahu 'anha, beliau berkata:

Pernah terjadi gerhana matahari pada masa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Beliau keluar menuju masjid, lalu orang-orang membuat barisan di belakang beliau, beliau lalu takbir dan membaca surat yang panjang. Lalu beliau takbir dan rukuk dengan rukuk yang panjang, lalu mengucapkan SAMI'ALLAHU LIMAN HAMIDAH dan berdiri tanpa sujud. Kemudian beliau membaca bacaan yang panjang namun tidak sebagaimana bacaan yang pertama, lalu takbir dan rukuk dengan rukuk yang panjang namun tidak sebagaimana rukuk yang pertama, lalu mengucapkan SAMI'ALLAHU LIMAN HAMIDAH terus kemudian sujud. Setelah itu beliau melakukannya sepeti itu pada rakaat yang akhir hingga sempurnalah empat rukuk dalam empat sujud. Dan matahari nampak kembali sebelum shalat beliau selesai. Setelah itu beliau berdiri (menyampaikan khutbah) dengan memuji Allah dengan pujian yang patas untuk-Nya, beliau bersabda:

هُمَا آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ لَا يَخْسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلَا لِحَيَاتِهِ فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُمَا فَافْزَعُوا إِلَى الصَّلَاةِ

"Keduanya adalah dua tanda dari tanda-tanda kebesaran Allah, dan keduanya gerhana tidak akan terjadi hanya karena mati atau hidupnya seseorang. Jika kalian melihat (gerhana) keduanya, maka bersegeralah mendirikan shalat." --(HR. Bukhori)

Berdasarkan hadist ini maka kita mengetahui bahwa disyariatkan jika kita melihat gerhana baik matahari atau pun bulan untuk melakukan shalat sebanyak 2 rakaat yang mana setiap rakaatnya terdiri dari 2 kali rukuk dan 2 kali sujud dengan ayat yang sangat panjang sebagaimana yang telah kita laksanakan baru saja. 'Aisyah rodhiyallahu 'anha mengatakan:

وَانْجَلَتْ الشَّمْسُ قَبْلَ أَنْ يَنْصَرِفَ

"Dan matahari nampak kembali sebelum shalat beliau selesai.."

Dan juga diyariatkan amalan-amalan lain sehubungan dengan gerhana, yaitu banyak berdoa, bertakbri dan bersedekah, sebagaimana hadits yang lainnya Rasulullah bersabda di dalam khutbahnya:

فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَادْعُوا اللَّهَ وَكَبِّرُوا وَصَلُّوا وَتَصَدَّقُوا

"Maka jika kalian melihat itu (yaitu gerhana), maka berdoalah kepada Allah dan bertakbirlah, dan sholatlah, dan bershodaqohlah..."

Dan perlu juga bagi kita sebagai muslimin yang beriman kepada hari akhir untuk menjaga 'adab kita ketika sedang terjadi gerhana matahari atau bulan, yaitu menunjukkan perasaan takut kita kepada Allah, karena mungkin saja gerhana ini menjadi sebab turunnya 'adzab. Siapa di antara kita yang bisa menjamin bahwa kedua benda langit itu tidak bertabrakan? Atau siapakah yang bisa memunculkan kembali cahaya keduanya. Dalam hadist yang diriwayatkan oleh Abu Bakroh rodhiyallahu 'anhu, Rasulullah ﷺ bersabda:

وَلَكِنَّ اللَّهَ تَعَالَى يُخَوِّفُ بِهَا عِبَادَهُ

"Akan tetapi Allah ta'ala ingin menakut-nakuti hambanya dengan gerhana itu."

Dan juga di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Musa, beliau mengatakan:

خَسَفَتْ الشَّمْسُ فَقَامَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَزِعًا يَخْشَى أَنْ تَكُونَ السَّاعَةُ

"Terjadi gerhana matahari maka Nabi ﷺ berdiri dengan tergesa-gesa seolah-olah akan terjadi kiamat." --(HR. Bukhori)

Rabu, 04 Desember 2019

Khutbah Jum'at 001-Mengenal Allah, Nabi-Nya dan Agama Islam

Mengenal Allah, Nabi-Nya dan Agama Islam

إنَّ الْحَمْدَ للهِ ، نَحْمَدَهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ باللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إلهَ إلّا اللهُ وَأَشْهَدُ أنَّ مُحمدا عَبدُهُ وَرَسُولُهُ،

اللهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أجْمَعِينَ

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ ۚ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

أمَّا بعدُ فإنَّ خيرَ الحديثِ كتابُ اللهِ وخيرَ الهديِ هديُ محمدٍ صلَّى اللهُ عليهِ وسلَّمَ وشرَّ الأمورِ محدثاتُها وكلَّ محدثةٍ بدعةٌ وكلَّ بدعةٍ ضلالةٌ وكلَّ ضلالةٍ في النارِ

Kaum muslimin jama'ah jum'at rohimakumullah, ketahuilah bahwa Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:

يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ ۖ

Yang artinya: "Allah akan meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat." --(Suroh Ibrohim ayat yang ke-27)

Adapun yang dimaksud dengan الْقَوْلِ‭ ‬الثَّابِتِ, "ucapan yang teguh" adalah syahadat yang pernah dia ucapkan di dunia. Sedangkan yang dimaksud dengan keteguhan di dalam kehidupan di dunia adalah bagaimana mereka mengaplikasikan syahadat itu ketika hidup di dunia. Sedangkan yang dimaksud dengan keteguhan di kehidupan akhirat adalah Allah akan meneguhkan hatinya ketika ditanyakan tiga pertanyaan di dalam kubur. Rosulullah ﷺ bersabda ketika beliau menafsirkan ayat ini:

فِي الْقَبْرِ إِذَا قِيلَ لَهُ مَنْ رَبُّكَ وَمَا دِينُكَ وَمَنْ نَبِيُّكَ

Artinya: "Yaitu ketika di dalam kubur jika ditanyakan kepadanya: 'Siapa Robb-mu, apa agamamu, dan siapa nabimu?'".--(HR. Tirmidzi No. 3120)

Jadi tafsir ayat tersebut adalah bahwa Allah akan membuat orang-orang yang beriman mudah dalam menjawab ketiga pertanyaan tersebut ketika ditanyai di dalam kubur mereka, sesuai dengan ilmu dan 'amal mereka di dunia. Sedangkan bagi orang-orang yang zholim maka mereka tidak dapat menjawab pertanyaan tersebut karena kezholiman mereka, sebagaimana di dalam lanjutan ayat tersebut:

وَيُضِلُّ اللَّهُ الظَّالِمِينَ

"dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim."

Mereka disebut zholim karena melanggar hak. Mereka tidak mengenal Allah dan tidak mengetahui apa hak Allah atas hamba-Nya sehingga mereka melanggar hak Allah tersebut, mereka tidak mengenal Islam karena tidak belajar atau tidak beriman dengan Islam itu sehingga tidak dapat menjalankannya dengan baik, dan tidak mengenal nabi Muhammad rosulullah ﷺ dan tidak mengetahui hak-hak beliau atas umatnya sehingga mereka tidak memenuhi hak-hak beliau tersebut, dan tidak mengenal agama Islam sehingga tidak menjalankannya dengan baik.

Oleh karena itu, wahai kaum muslimin rohimakumullah, wajib bagi kita untuk mengetahui tiga prinsip dasar di dalam beragama: yaitu mengenal Allah subhanahu wa ta'ala, mengenal Rosulullah ﷺ, dan mengenal Agama Islam beserta dalil-dalilnya, yang mana dengan ilmu tersebut hendaknya kita beramal dan berdakwah. Hal itu agar kita bisa menjawab ketiga pertanyaan di dalam kubur kelak.

Prinsip Dasar Yang Pertama adalah mengenal Allah. Kaum muslimin jama'ah Jum'at rahimakumullah, jika ditanyakan kepada kita siapa Rabbmu?, maka jawablah:

رَبِّيَ الله الَّذِي رَبَّانِي، وَرَبَّى جَمِيعَ الْعَالَمِينَ بِنِعَمِهِ،

Yang artinya: "Rabbku adalah Allah yang telah memeliharaku dan seluruh alam dengan nikmat-nikmat-Nya."

وَهُوَ مَعْبُودِي، لَيْسَ لِي مَعْبُودٌ سِوَاهُ

Yang artinya: "Dia adalah sesembahanku. Aku tidak memiliki yang diibadahi selain Dia."

Jika ditanya apa dalilnya, maka jawabannya adalah:

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

Yang artinya: "Segala puji milik Allah Rabb seluruh alam."

Dan segala sesuatu selain Allah kita sebut alam, dan saya adalah salah satu dari alam itu.

Jika ditanyakan kepada kita, Allah itu tidak terlihat dan kita tidak pernah bertemu dengan-Nya, lalu dengan apa kita mengenalnya? Maka jawablah bahwa kita mengenal Allah dengan tanda-tanda kekuasaan-Nya dan makhluk-makhluk-Nya. Apa tanda-tanda kekuasaan Allah? Di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah malam, siang, matahari dan bulan. Apa dalilnya? Dalilnya adalah:

وَمِنْ آيَاتِهِ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ لَا تَسْجُدُوا لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوا لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَهُنَّ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ

Yang artinya: "Dan sebagian dari tanda-tanda (kekuasaan)-Nya ialah malam dan siang, matahari, dan bulan. Janganlah bersujud kepada matahari dan janganlah (pula) kepada bulan, tetapi bersujudlah kepada Allah Yang menciptakannya, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah." --(Surat Fusshilat ayat yang ke-37)

Lalu yang mana pula itu makhluk-makhluk Allah? Maka jawablah "Di antara makhluk-makhluk-Nya adalah langit yang tujuh dan bumi yang tujuh serta apa yang ada di antara keduanya." Dalilnya adalah:

إِنَّ رَبَّكُمُ اللهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ يُغْشِي اللَّيْلَ النَّهَارَ يَطْلُبُهُ حَثِيثًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالنُّجُومَ مُسَخَّرَاتٍ بِأَمْرِهِ، أَلَا لَهُ الْخَلْقُ وَالْأَمْرُ تَبَارَكَ اللهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ

Artinya: "Sesungguhnya Rabb-mu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas ‘Arasy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam." (Surat Al-A'raf ayat 54)

Sampai di sini maka kita sudah mengenal Allah sebagai Rabb, yaitu Allah sebagai pencipta dan pengatur alam semesta. Dan kita juga sudah mengetahui sebagian dari yang telah diciptakan-Nya, yaitu makhluk-makhluk-Nya, dan sebagian tanda-tanda kekuasaan-Nya di dalam memelihara seluruh alam.

Selanjutnya, yang harus kita ketahui siapakah yang harus kita ibadahi? Maka jawabannya adalah:

وَالرَّبُّ هُوَ الْمَعْبُودُ

Artinya: "Dan Rabb itulah yang diibadahi."

Maksudnya, wahai kaum muslimin rahimakumullah, tidak ada yang berhak untuk diibadahi kecuali Rabb yang telah menciptakan dan mengatur alam semesta. Dalilnya adalah:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ. الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ فِرَاشًا وَالسَّمَاءَ بِنَاءً وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَكُمْ ۖ فَلَا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ

Yang artinya: "Hai manusia, sembahlah Robb-mu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa, yaitu Dia yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui." --(Al-Baqoroh : 21-22)

Imam Ibnu Katsir Rahimahullah berkata:

الْخَالِقُ لِهَذِهِ الْأَشْيَاءِ هُوَ الْمُسْتَحِقُّ لِلْعِبَادَةِ

"Yang menciptakan semua inilah yang berhak untuk diibadah."

Lalu apa saja jenis-jenis ibadah itu? Jenis-jenis ibadah yang diperintahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah Islam, iman, dan ihsan. Di antaranya pula: doa, khauf (takut), raja` (berharap), tawakkal, raghbah (berharap amalnya diterima), rahbah (cemas amalnya ditolak), khusyu’, khasyyah (takut), inabah (tobat), isti’anah (minta pertolongan), isti’adzah (minta perlindungan), istighatsah (minta pertolongan saat genting), menyembelih, bernadzar, dan ibadah-ibadah lainnya yang diperintahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala secara keseluruhan. Kita tidak boleh memalingkan ibadah-ibadah tersebut kepada selain Allah. Dalilnya adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

وَأَنَّ الْمَسَاجِدَ لِلَّهِ فَلَا تَدْعُوا مَعَ اللهِ أَحَدًا

"Dan sesungguhnya masjid-masjid itu milik Allah, maka janganlah kamu berdoa kepada seorang pun bersama Allah." (Surat Al-Jin ayat 18)

Barangsiapa yang memalingkan satu saja ibadah tersebut kepada selain Allah, maka dia seorang musyrik lagi kafir (maksudnya, batal keislamannya). Dalilnya adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

وَمَنْ يَدْعُ مَعَ اللهِ إِلَهًا آخَرَ لَا بُرْهَانَ لَهُ بِهِ فَإِنَّمَا حِسَابُهُ عِنْدَ رَبِّهِ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الْكَافِرُونَ

"Dan barangsiapa menyembah tuhan yang lain di samping Allah, padahal tidak ada suatu dalil pun baginya tentang itu, maka sesungguhnya perhitungannya di sisi Tuhannya. Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu tiada beruntung." (Al-Mu'minun ayat yang ke 117)

Kaum muslimin jama'ah Jum'at rohimakumullah, inilah hak Allah yang wajib kita ketahui dan kita penuhi. Yaitu bahwa kita beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, sebagaimana Rosulullah ﷺ pernah bersabda kepada Sahabat Mu'adz bin Jabal:

حَقُّ اللَّهِ عَلَى عِبَادِهِ أَنْ يَعْبُدُوهُ وَلَا يُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا

"Hak Allah atas hamba-hambanya adalah agar mereka beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun." --(hadist shohih diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim)

Kenalilah hak Allah ini, kemudian penuhilah hak tersebut, jangan sekali-kali menzhalimi hak Allah ini, agar kita dapat menjawab di dalam kubur nanti ketika ditanya: "Man Rabbuka?"

Kemudian Prinsip Dasar Yang Kedua, yaitu mengenal agama Islam disertai dalil-dalilnya. Apa itu Agama Islam? Agama Islam adalah:

اْلاِسْتِسْلاَمُ لِلَّهِ بِالتَّوْحِيْدِ، وَالْاِنْقِيَادُ لَهُ بِالطَّاعَةِ، وَالْبَرَاءَةُ مِنَ الشِّرْكِ وَأَهْلِهِ

"Berserah diri kepada Allah dengan mentauhidkan-Nya, tunduk patuh dengan mentaati-Nya, dan berlepas diri dari kesyirikan dan pelakunya."

Agama Islam memiliki tiga tingkatan, yaitu: Islam, iman dan ihsan. Masing-masing tingkatan memiliki rukun tersendiri.

Tentang ketiga tingkatan itu, berserta rukun-rukunya dapat jumpai di dalam sebuah hadist yang masyhur, yang disebut sebagai hadist Jibril, yang diriwayatkan oleh 'Umar bin Khattab radhiyallahu 'anhu. Beliau mengatakan:

بَيْنَمَا نَحْنُ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ ﷺ إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ، شَدِيْدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ، شَدِيْدُ سَوَادِ الشَّعْرِ، لاَ يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ، وَلَا يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ، حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِيِّ ﷺ، فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ، وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ، وَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ! أَخْبِرْنِيْ عَنِ الْإِسْلَامِ. قَالَ: «أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لَا إِلَهَ إِلاَّ اللهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ، وَتُقِيْمَ الصَّلاَةَ، وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ، وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ، وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيْلاً» فَقَالَ: صَدَقْتَ. فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْأَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ.

"Ketika kami tengah berada di majelis bersama Rasulullah, tiba-tiba datang kepada kami seorang laki-laki yang berpakaian sangat putih, berambut sangat hitam, tidak terlihat padanya tanda-tanda bekas perjalanan jauh, dan tidak seorang pun di antara kami yang mengenalnya. Lalu dia duduk di hadapan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan menyandarkan lututnya pada lutut beliau serta meletakkan tangannya di atas paha beliau, selanjutnya dia berkata, ‘Hai Muhammad, beritahukan kepadaku tentang Islam.’ Beliau menjawab, ‘Islam itu Kamu bersaksi bahwa sesungguhnya tiada Tuhan selain Allah dan sesungguhnya Muhammad itu utusan Allah, Kamu mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, berpuasa pada bulan Ramadhan, dan mengerjakan ibadah haji ke Baitullah jika Kamu mampu melakukannya.’ Orang itu berkata, ‘Engkau benar.’ Kami pun heran, dia yang bertanya tetapi dia pula yang membenarkan..."

Maka berdasarkan potongan hadist ini, kita mengetahui bahwa Rukun Islam ada lima: syahadatain, menegakkan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan, dan haji ke Baitullah Al-Haram.

Dalil disyariatkannya syahadat adalah:

شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ وَالْمَلَائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ ۚ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

"Allah telah bersaksi bahwasanya tidak ada sesembahan melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan, telah bersaksi pula Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu, Tak ada yang sesembahan melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (Surat Ali 'Imran ayat ke 18)

Makna dari syahadat "Laa ilaaha illallaah" adalah "maa ma'buuda bi haqqin illallaah" (yaitu, "tidak ada yang berhak diibadahi kecuali selain Allah satu-satunya"). Kalimat Laa ilaaha adalah sebagai penafian/pengingkaran seluruh yang diibadahi selain Allah, dan kalimah "illallaah" adalah sebagai itsbat atau penetapan ibadah hanya milik Allah saja satu-satunya, tidak ada sekutu bagi-Nya di dalam beribadah kepada-Nya, sebagaimana pula tidak ada sekutu bagi-Nya dalam kerajaan-Nya. Tafsir kalimat tauhid tersebut dapat dilihat dengan jelas di dalam perkataan Nabi Ibrahim 'alaihissalam kepada bapaknya dan kaumnya di dalam surat Az-Zukruf ayat ke-26 sampai ke-28:

وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ لِأَبِيهِ وَقَوْمِهِ إِنَّنِي بَرَاءٌ مِمَّا تَعْبُدُونَ (٢٦)

"Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya: 'Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kalian ibadahi, ...

Perkataan Ibrahim, إِنَّنِي بَرَاءٌ مِمَّا تَعْبُدُونَ yang artinya: 'Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa-apa yang kalian sembah', kalimat ini adalah penafian/pengingkaran terhadap seluruh yang diibadahi selain Allah. Inilah tafsir kalimat "Laa ilaaha".

Kemudian Ibrahim 'alaihissalam melanjutkan perkataannya:

إِلَّا الَّذِي فَطَرَنِي فَإِنَّهُ سَيَهْدِينِ (٢٧)

"Kecuali Rabb yang telah menciptakan aku; karena sesungguhnya Dia akan memberiku hidayah."

Maka ini adalah itsbat atau penetapan ibadah hanya milik Allah saja satu-satunya. Dan ini adalah tafsir dari kalimat "illallaah".

Kemudian di dalam ayat berikutnya Allah berfirman:

وَجَعَلَهَا كَلِمَةً بَاقِيَةً فِي عَقِبِهِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

"Kemudian Allah menjadikan kalimat itu (yaitu kalimat tauhid: 'laa ilaaha illallaah') sebagai kalimat yang kekal di dalam keturunan Ibrahim agar mereka kembali kepada kalimat itu."

Demikianlah penafsiran kalimat: 'Laa ilaaha illallaah'. Bahkan di dalam surat Ali 'Imran ayat yang ke-64 tafsiran itu secara langsung dan lugas disebutkan oleh Allah:

قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَى كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ

"Katakanlah (wahai Muhammad): 'Wahai Ahli Kitab, marilah kita kepada suatu kalimat yang bersepakat di dalamnya antara kami dan kalian,"

Maka yang dimaksud dengan kalimat di sini adalah kalimat tauhid "laa ilaaha illallaah".

أَلَّا نَعْبُدَ إِلَّا اللهَ

"Bahwa kita tidak akan mengibadahi kecuali Allah..."

Persis sekali dengan maknanya dengan "Laa ma'buuda bi haqqin illallaah" yaitu "tidak ada yang diibadahi dengan benar kecuali Allah". Kemudian ayat ini berlanjut:

وَلَا نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَلَا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللهِ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُولُوا اشْهَدُوا بِأَنَّا مُسْلِمُونَ

"dan kita tidak persekutukan Dia dengan sesuatu pun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: 'Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah).'

Maka demikianlah makna syahadat "Laa ilaaha illalllaah".

Lalu apa makna syahadat "wa asyhadu anna muhammadan rasuulullaah"? Ada empat konsekuensi dari bersyahadat "wa asyhadu anna muhammadan rasuulullaah." yaitu:

Yang pertama, طَاعَتُهُ فِيْمَا أَمَرَ, wajib taat dalam semua yang beliau ﷺ perintahkan.

Yang kedua, تَصْدِيْقُهُ فِيْمَا أَخْبَرَ, wajib membenarkan apa-apa yang beliau ﷺ kabarkan.

Yang ketiga, اِجْتِنَابُ مَا نَهَى عَنْهُ وَزَجَرَ, wajib meninggalkan apa-apa yang beliau ﷺ larang dan beliau peringatkan darinya.

Yang keempat, أَنْ لَا يُعْبَدَ اللهُ إِلاَّ بِمَا شَرَعَ, Allah tidak diibadahi kecuali dengan cara yang beliau ﷺ syariatkan.

Dan keempat ini merupakan hak-hak Rasulullah ﷺ dari umatnya. Barang siapa ingin agar Allah meneguhkan hatinya ketika menjawab pertanyaan "Man Nabiyyuka?" maka hendaknya dia memenuhi hak-hak beliau tersebut.

Sedangkan dalil perintah untuk melakukan rukun Islam yang kedua dan ketiga yang sekaligus di dalamnya terdapat tafsir tauhid, adalah:

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ

"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan salat dan menunaikan zakat, dan yang demikian itulah agama yang lurus." (Surat Al-Bayyinah ayat ke-5)

Perhatikan wahai kaum muslimin, rahimakumullah, Rukun Islam pertama adalah syahadatain, yang kedua adalah shalat, dan yang ketika adalah zakat. Padahal di antara kaum muslimin pun ternyata masih banyak yang salah karena mengira rukun Islam ketiga itu adalah puasa. Ini menunjukkan bahwa mereka tidak serius dalam berusaha untuk mengenal agamanya. Padahal di dalam Al-Qur'an ada banyak ayat yang memerintahkan shalat yang sekaligus diikuti dengan perintah zakat, dan salah satunya adalah surat Al-Bayyinah ayat ke-5 ini. Di dalam hadist Jibril pun disebutkan setelah shalat adalah zakat. Oleh karena itu, wahai kaum muslimin rahimakumullah, barang siapa yang ingin diteguhkan hatinya dalam menjawab pertanyaan di dalam kubur nanti, yaitu "Maa diinuka?", maka hendaknya dia mempelajari agamanya dan mengamalkannya.

Adapun dalil perintah melaksanakan rukun iman yang keempat, yaitu puasa, adalah:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." (Surat Al-Baqarah ayat ke-183)

Sedangkan dalil perintah rukun Islam kelima, yaitu haji, adalah:

وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ

"Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkarinya, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya dari semesta alam." (Surat Ali 'Imran ayat ke-97)

Tingkatan kedua di dalam Agama Islam adalah iman. Ketika Jibril meminta Rasulullah ﷺ mengabarkan apa itu iman, beliau bersabda:

أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ، وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ

"(Yaitu) bahwa kamu beriman kepada Allah, dan malaikat-malaikat-Nya, dan kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan Hari Akhir, dan kamu beriman dengan taqdir yang baik dan yang buruk."

Dan itulah Rukun Iman. Sedangkan iman itu pun ada tingkatan-tingkatannya. Rasulullah ﷺ bersabda:

الْإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ، أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّونَ شُعْبَةً، فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ : لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الْأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ، وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الْإِيمَانِ

Iman itu ada tujuh puluh cabang lebih, atau enam puluh cabang lebih. Yang paling utama yaitu perkataan Lâ ilâha illallâh, dan yang paling ringan yaitu menyingkirkan gangguan dari jalan. Dan malu itu termasuk bagian dari iman. (HR. Bukhari dan Muslim)

Dalil Al-Qur'an terkait lima dari rukun iman yang pertama adalah:

لَيْسَ الْبِرَّ أَنْ تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آمَنَ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ

"Bukanlah kebaikan itu menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, Malaikat-Malaikat, kitab-kitab, Nabi-Nabi." (Surat Al-Baqarah ayat ke-177)

Sedangkan dalil Al-Qur'an untuk rukun iman keenam, yaitu beriman kepada takdir, adalah:

إِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍ

"Sesungguhnya segala sesuatu Kami ciptakan dengan takdir-takdir." (Surat Al-Qamar ayat ke-49)

Sedangkan tingkatan ketiga di dalam Agama Islam adalah ihsan. Ketika Jibril meminta Rasulullah ﷺ mengabarkan tentang ihsan, beliau bersabda:

أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ

"Engkau menyembah Allah dalam keadaan seolah-olah melihat-Nya, jika engkau tidak bisa melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu."

Kaum muslimin jama'ah jum'at rohomakumullah, demikianlah bahwa kita wajib menganal Allah subhanahu wa ta'ala, mengenal Rosulullah ﷺ dan mengenal agama Islam, agar kita bisa memenuhi hak-hak Allah dan Rosulullah dan menjalankan Islam dengan baik, sehingga dengan itu semoga Allah meneguhkan hati kita di dalam menjawab tiga pertanyaan di dalam kubur.

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ

رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ

رَبَّنَا آَتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ ۚ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ

وَلَذِكْرُ اللهِ أكْبَرُ وَأَقِيْمُوا الصلاة

Minggu, 01 Desember 2019

Halaqoh-8 Silsilah Ilmiyah Mengenal Islam: Ihsan dan Rukunnya

Ihsan dan Rukunnya

Ihsan adalah tingkatan di dalam agama Islam yang paling tinggi. Secara bahasa ihsan adalah berbuat sebaik mungkin ketika melakukan sesuatu. Adapun secara syariat ihsan adalah memperbaiki amalan dan ibadah kepada Allah karena dia merasa diawasi dan dilihat oleh Allah subhanahu wa ta'ala.

Di dalam Hadits Jibril 'alaihissalam, Rosulullah ﷺ bersabda ketika ditanya apa itu ihsan:

أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ

"Kamu menyembah Allah seakan-akan kamu melihat-Nya, maka jika kamu tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu." --(HR. Muslim No. 8)

Orang yang beribadah seakan-akan melihat Allah atau merasa dilihat oleh Allah zhohir maupun bathinnya, maka dia akan beramal seikhlas mungkin, dan sesesuai mungkin dengan ajaran Nabi ﷺ dan dia akan meninggalkan kemaksiatan, baik kemaksiatan yang dilakukan hati, lisan, maupun anggota badan yang lain. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:

وَمَا تَكُونُ فِي شَأْنٍ وَمَا تَتْلُو مِنْهُ مِنْ قُرْآنٍ وَلَا تَعْمَلُونَ مِنْ عَمَلٍ إِلَّا كُنَّا عَلَيْكُمْ شُهُودًا إِذْ تُفِيضُونَ فِيهِ ۚ وَمَا يَعْزُبُ عَنْ رَبِّكَ مِنْ مِثْقَالِ ذَرَّةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي السَّمَاءِ وَلَا أَصْغَرَ مِنْ ذَٰلِكَ وَلَا أَكْبَرَ إِلَّا فِي كِتَابٍ مُبِينٍ

"Kamu tidak berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari Al Quran dan kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu di waktu kamu melakukannya. Tidak luput dari pengetahuan Tuhanmu biarpun sebesar zarrah (atom) di bumi ataupun di langit. Tidak ada yang lebih kecil dan tidak (pula) yang lebih besar dari itu, melainkan (semua tercatat) dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)." --(Yunus : 61)

Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:

قُلْ إِنْ تُخْفُوا مَا فِي صُدُورِكُمْ أَوْ تُبْدُوهُ يَعْلَمْهُ اللَّهُ ۗ وَيَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ ۗ وَاللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

"Katakanlah: 'Jika kamu menyembunyikan apa yang ada dalam hatimu atau kamu melahirkannya, pasti Allah mengetahui'. Allah mengetahui apa-apa yang ada di langit dan apa-apa yang ada di bumi. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu."--(Ali Imron : 29)

Semoga Allah menjadikan kita senantiasa merasa diawasi oleh Allah dan takut kepada Allah dimanapun kita berada.

Halaqoh-7 Silsilah Ilmiyah Mengenal Islam: Rukun Iman

Rukun Iman

Amalan bathin yang paling penting di dalam Islam yang dibawa Rosulullah ﷺ adalah rukun iman yang jumlahnya ada enam. Sebagaimana sabda Nabi ﷺ ketika beliau ditanya tentang apa itu iman:

أَنْ تُؤْمِنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ

"Kamu beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya, hari akhir, dan takdir baik dan buruk." --(HR. Muslim No. 8)

Beriman kepada Allah telah kita bahas di dalam Silsilah Ilmiyah yang pertama dan kedua. Beriman kepada malaikat adalah beriman dengan keberadaannya, beriman dengan nama-nama sebagian mereka, beriman dengan sifat-sifat malaikat, dan beriman dengan tugas-tugas mereka tersebut di dalam Al-Qur'an dan juga hadist yang shohih. Beriman kepada kitab-kitab Allah adalalah beriman bahwa kitab-kitab tersebut berasal dari Allah subhanahu wa ta'ala, yang berisi petunjuk bagi manusia, beriman dengan sebagian nama-nama dari kita-kitab yang sudah Allah turunkan, seperti shuhuf Ibrohim, Zabur, Taurot, Injil, dan juga Al-Qur'an. Kemudian beriman kepada para rosul adalah beriman bahwa kerosulan adalah pilihan semata dari Allah, beriman bahwa para rosul adalah sebaik-baik manusia, beriman dengan beberapa kekhususan 'alaihimussalam, beriman bahwa dakwah mereka satu, dan lain-lain. Beriman kepada hari akhir adalah beriman dengan segala hal yang berkaitan dengan hari akhir, seperti fitnah kubur, nikmat dan adzab kubur, tanda-tanda dekatnya hari kiamat, ditiupnya sangkakala, kebangkitan manusia, sampai masuknya manusia ke dalam surga atau neraka. Beriman kepada takdir yaitu beriman bahwa Allah subhanahu wa ta'ala mengetahui segala sesuatu, menulis segala sesuatu, dan terjadi segala sesuatu dengan kehendak Allah.