Matan dan Terjemahan Al-Qowa'id Al-Arba'

Matan dan Terjemahan Al-Qowa'id Al-Arba'


بِـــسْــمِ اللهِ الــرَّحْمَــنِ الــرَّحِيــمِ

أَسْألُ اللهَ الْكَرِيمَ رَبَّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ أَنْ يَتَوَلُّاكَ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، وَأَنْ يَجْعَلَكَ مُبَارَكًا أَيْنَمَا كُنْتَ، وَأَنْ يَجْعَلَكَ مِمَّنْ إِذَا أُعْطِىَ شَكَرَ وَإِذَا ابْتُلِىُ صَبَرَ وَإِذَا أَذْنَبَ اسْتَغْفَرَ، فَإِنَّ هَاؤُلَاءِ الثَّلَاثَ عُنْوَانُ السَّعَادَةِ.


Dengan nama Allah yang Maha Pengasih, Maha Penyayang

Aku meminta kepada Allah yang Maha Mulia, Robb Arsy yang agung, agar Dia menolongmu di dunia dan di akhirat, dan agar Dia menjadikan kamu diberkati dimana saja kamu berada, dan agar Dia menjadikan kamu termasuk orang yang jika diberi kenikmatan bersyukur, dan jika ditimpa mushibah bersabar, dan jika bersalah beristighfar, karena ketiga hal itu adalah tanda-tanda kebahagiaan.


Syarah:

اعْلَمْ - أَرْشَدَكَ اللهُ لِطَاعَتِهِ - أَنَّ الْحَنِيفِيَّةَ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ أَنْ تَعْبُدَ اللهَ وَحْدَهُ مُخْلِصًا لَهُ الدِّينَ، كَمَا قَالَ تَعَالَى: وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ.


Ketahuilah - Semoga Allah membimbingmu dalam ketaatan pada-Nya - bahwa sesungguhnya Al-Hanifiyyah, yaitu millah Ibrohim, adalah agar kamu beribadah kepada Allah satu-satunya sebagai orang yang ikhlas untuk-Nya dalam menjalankan agama, sebagaimana firman-Nya Ta'ala: "Dan tidaklah aku ciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka beribadah kepada-Ku. (Suroh Adz-Dzariat : 56)


Syarah:

فَإِذَا عَرَفْتَ أَنَّ اللهَ خَلَقَكَ لِعِبَادَتِهِ فَعْلَمْ أَنَّ الْعِبَادَةَ لَا تُسَمَّى عِبَادَةً إلَّا مَعَ التَّوْحِيدِ كَمَا أَنَّ الصَّلَاةَ لَا تُسَمَّى صَلَاةً إِلَّا مَعَ الطَّهَارَةِ. فَإِذَا دَخَلَ الشِّرْكُ فِي الْعِبَادَةِ فَسَدَتْ كَلْحَدَثِ إِذَا دَخَلَ فِي الطَّهَارَةِ.


Maka jika kami telah mengetahui bahwa Allah telah menciptakan kamu untuk beribadah kepada-Nya, maka ketahuilah bahwa ibadah itu tidak dapat disebut sebuah ibadah kecuali dengan tauhid, sebagaimana sholat itu tidak dapat disebut sebuah shalat kecuali dengan thoharoh. Maka syirik itu jika masuk ke dalam ibadah, rusaklah ibadah itu; seperti hadast jika masuk ke dalam thoharoh.


فَإِذَا عَرَفْتَ أَنَّ الشِّرْكَ إِذَا خَالَطَ الْعِبَادَةَ أَفْسَدَهَا وَأَحْبَطَ الْعَمَلَ وَصَارَ صَاحِبُهُ مِنَ الْخَالِدِينَ فِي النَّارِ، عَرَفْتَ أَنَّ أَهَمَّ مَا عَلَيْكَ مَعْرِفَةُ ذَلِكَ. لَعَلَ اللهَ أَنْ يُخَلِّصَكَ مِنْ هَذِهِ الشَّبْكَةِ، وَهِيَ الشِّرْكُ بِاللهِ الَّذِي قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيهِ: إِنَّ اللهَ لَا يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ دَلِكَ لِمَن يَشَاء (النسَاء : ٤٨) وَذَلِكَ بِمَعْرِفَةِ أَرْبَعِ قَوَاعِدَ ذَكَرَهَا اللهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ.


Jika kamu telah mengetahui bahwa syirik jika bercampur dengan ibadah maka dia merusaknya dan menghapus amal dan pelakunya terjerumus menjadi orang yang kekal di dalam neraka, kamu mengetahui bahwa sesungguhnya yang paling penting atasmu adalah pengetahuan tentang itu, yaitu kesyirikan terhadap Allah, yang Allah ta'ala berfirman tentangnya: 'Sesungguhnya Allah tidak mengampuni kesyirikan terhadap-Nya, dan dia mengampuni selain dari itu bagi siapa yang Dia kehendaki.' (An-Nisa' : 48). Dan itu dengan pengetahuan empat kaidah yang Allah telah menyebutkannya di dalam kitab-Nya.


Syarah:

الْقَاعِدَةُ الْأُولَى: أَنْ تَعْلَمَ أَنَّ كُفَّارَ الَّذِينَ قَاتَلَهُمْ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُقِرُّونَ بِأَنَّ اللهَ تَعَالَى هُوَ الْخَالِقُ الْمُدَبِّرُ، وَأَنَّ ذَلِكَ لَمْ يُدْخِلْهُمْ فِي الْإِسْلَامِ. وَالدَّلِيلُ قَوْلُهُ تَعَالَى: قُلْ مَن يَرْزُقُكُم مِّنَ السَّاءِ وَالْأَرْضِ أَمَّن يَمْلِكُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَمَن يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَمَن يُدَبِّرُ الْأَمْرَ، فَسَيَقُولَونَ اللهُ، فَقُلْ أَفَلَا تَتَّقُونَ (يُونُسُ : ٣١).


Kaidah Pertama: Bahwa kamu mengetahui sesungguhnya orang-orang kafir yang Rasulullah ﷺ telah memerangi mereka adalah orang-orang yang mengakui bahwa Allah ta'ala itu adalah Maha Pencipta dan Maha Pengatur, tetapi hal itu tidak memasukkan mereka ke dalam Islam. Dalilnya adalah firman-Nya ta'ala: 'Katakanlah, siapakah yang memberimu rezki dari langit dan bumi, atau siapakah yang menguasai pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup, dan siapakah yang mengatur segala urusan? Maka mereka akan mengatakan 'Allah', maka katakanlah: 'Apakah kalian tidak bertaqwa?' (Yunus : 31).


Syarah:

Tauhid Rububiyyah

Tauhid rububiyyah adalah mengesakan Allah di dalam perbuatan-Nya. Tauhid rububiyyah juga berarti bahwa mengakui Allah sebagai satu-satunya Robb, bahwa Allah itu satu-satunya pencipta alam semesta tanpa ada pendamping, yang menguasai alam semesta tanpa sekutu, yang menghidupkan dan mematikan, dan yang mengatur segala sesuatu di alam semesta ini. Inilah yang dimaksud dengan tauhid ar-rububiyyah. Seseorang yang mengatakan bahwa ada pencipta selain Allah, atau ada penguasa alam semesta selain Allah, atau ada yang menghidupkan dan mematikan selain Allah, atau ada yang mengatur urusan alam semesta selain Allah, berarti tauhid rububiyyahnya telah rusak, dan merupakan bentuk kesyirikan dalam hal rububiyyah. Kebanyakan manusia di dunia mengakui tauhid rububiyyah, dan sedikit sekali yang mengingkarinya. Di antara yang mengingkarinya adalah penganut ateis murni.

Dan ada sangat banyak dalil yang menunjukkan Allah itu adalah satu-satunya Robb. Misalnya:

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

"Segala pujian hanya milik Allah, Robb semesta alam." --(Al-Fatihah : 2)

مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ

"Yang menguasai hari kemudian." --(Al-Fatihah : 4)

قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ. مَلِكِ النَّاسِ

"Katakanlah: 'Aku berlindung kepada Robb manusia, raja manusia. --(An-Naas : 1-2)

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ ۚ هَلْ مِنْ خَالِقٍ غَيْرُ اللَّهِ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ

"Wahai manusia, ingatlah nikmat Allah atas kalian. Adakah seorang pencipta selain Allah yang memberi kalian rezeki dari langit dan bumi?..." (Fathir : 3)

Kaum Musyrikin Zaman dahulu Meyakini Tauhid Rububiyyah sebagaimana Kaum Muslimin

Sebagaimana dikatakan oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rohimahulllah ta'ala: "sesungguhnya orang-orang kafir yang Rasulullah ﷺ telah memerangi mereka adalah orang-orang yang mengakui bahwa Allah ta'ala itu adalah Maha Pencipta dan Maha Pengatur, tetapi hal itu tidak memasukkan mereka ke dalam Islam." Beliau menggunakan dalil:

قُلْ مَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أَمَّنْ يَمْلِكُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَمَنْ يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَمَنْ يُدَبِّرُ الْأَمْرَ ۚ فَسَيَقُولُونَ اللَّهُ ۚ فَقُلْ أَفَلَا تَتَّقُونَ

"Katakanlah (wahai Muhammad): 'siapakah yang memberimu rezki dari langit dan bumi, atau siapakah yang menguasai pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup, dan siapakah yang mengatur segala urusan? Maka mereka akan mengatakan 'Allah'..." --(Yunus : 31)

Dan itu bukanlah satu-satunya dalil yang menunjukkan bahwa kaum musyrikin zaman dahulu juga mengakui Allah sebagai satu-satunya Robb. Pada ayat lain dikatakan:

وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ ۚ

Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?" Tentu mereka akan menjawab: "Allah". --(Luqman : 25)

قُلْ مَنْ رَبُّ السَّمَاوَاتِ السَّبْعِ وَرَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ . سَيَقُولُونَ لِلَّهِ ۚ

Katakanlah: "Siapakah Yang Empunya langit yang tujuh dan Yang Empunya 'Arsy yang besar?" Mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah". --(Al-Mu'minun : 86-87)

Ayat-ayat di atas menunjukkan kepada kita bahwa kaum musyirikin di zaman Rosulullah mengakui bahwa Allah itu satu-satunya pemberi rezeki, Maha mendengar dan Maha melihat, menghidupkan dan mematikan, yang mengatur segala urusan alam semesta, dan mereka tidak meragukan hal itu. Mereka sudah mengenal Allah sejak dahulu kala, sejak Nabi Ibrohim dan Nabi Isma'il berdakwah di tanah mekah yang ketika itu masih berupa gurun tak dikenal. Buktinya, sebelum Nabi Muhammad lahir pun, sudah ada orang mekah yang bernama 'Abdullah, seperti ayahanda beliau sendiri. Jadi mereka sangat mengenal Allah sebagai Robb sama seperti kita.

Bahkan tidak pernah keluar dari lisan orang-orang musyrik yang paling keras memusuhi Nabi dan kaum muslimin, katakanlah Abu Jahal ataupun Abu Lahab, mereka tidak pernah mengatakan bahwa ada Robb selain dari Allah, bahwa ada pemberi rezeki selain dari Allah, bahwa ada yang Maha mendengar dan Maha melihat selain Allah, bahwa ada yang menghidupkan dan mematikan selain dari Allah, dan bahwa ada yang mengatur segala urusan di alam semesta ini selain dari Allah - Itu semua tidak pernah dikatakan oleh Abu Jahal dan Abu Lahab. Padahal, Abu Jahal, Nabi ﷺ menyebutnya:

كَانَ هَذَا فِرْعَوْنَ هَذِهِ الْأُمَّةِ

Dialah fir'aun-nya umat ini. -- (HR. Ahmad No. 3633)

Sedangkan Fir'aun-nya umat Nabi Musa membantah Allah adalah satu-satunya Robb dengan mengatakan:

أَنَا رَبُّكُمُ الْأَعْلَىٰ

"Akulah Robb kalian yang paling tinggi. --(An-Nazi'at : 24)

Namun Abu Jahal dan Abu Lahab mati dalam keadaan kafir. Dengan demikian, kesimpulan yang dapat kita tarik adalah bahwa mengakui tauhid rububiyyah saja tidak cukup untuk menjadikan seseorang menjadi muslim, akan tetapi dibutuhkan satu lagi dimensi tauhid, yaitu tauhid Al-Uluhiyyah.

Tauhid Al-Uluhiyyah Syarat Mutlaq Menjadi Muslim

Tauhid al-uluhiyyah adalah mengesakan Allah dalam ibadah.


الْقَاعِةُ الثَّانِيَةِ: أَنَّهُمْ يَقُولُونَ مَا دَعَوْنَاهُمْ وَتَوَجَّهْنَا إلَيْهِمْ إِلَّا لِطَلَبِ الْقُرْبَةِ وَالشَّفَاعَةِ. فَدَلِيلُ الْقُرْبَةِ قَوْلُهُ تَعَالَى: وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ مَا نَعْبُدُهُمْ إِلَّا لِيُقَرِّبُوْنَا إِلَى اللهِ زُلْفَى إِنَّ اللهَ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ فِي مَا هُمْ فِيهِ يَخْتَلِفُونَ. إِنَّ اللهَ لَايَهْدِي مَنْ هُوَ كَاذِبٌ كَفَّارٌ (الزُّمَرُ : ٣). وَدَلِيلُ الشَّفَاعَةِ قَوْلُهُ تَعَالَى: وَيَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللهِ مَا لَايَضُرُّهُمْ وَلَايَنْفَعُهُمْ وَيَقُولُونَ هَاؤُلَاءِ شُفَعَاؤُنَا عِنْدَ اللهِ (يُونُسُ : ١٨).

وَالشَّفَاعَةُ شَفَعَتَانِ؛ شَفَاعَةٌ مَنْفيَّةٌ وَشَفَاعَةٌ مُثْبَتَةٌ. فَالشَّفَاعَةُ الْمَنْفِيَّةُ مَا كَانَتْ تُطْلَبُ مِنْ غَيْرِ اللهِ فِيْمَا لَايَقْدِرُ عَلَيْهِ إِلَّا اللهَ، وَالدَّلِيلُ قَوْلُهُ تَعَالَ: يَا أيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَنْفِقُوا مِمَّا رَزَقْنَاكُم مِّنْ قَبْلِ أَن يَأْتِيَ يَوْمٌ لَّا بَيْعٌ فِيهِ وَلَاخُلَّةٌ وَلَاشَفَاعَةٌ، وَالْكَافِرُونَ هُمُ الظَّالِمُونَ (الْبَقَرَةُ : ٢٥٤). وَالشَّفَاعَةُ الْمُثْبَتَةُ هِىَ الَّتِى تُطْلَبُ مِنَ اللهِ وَالشَّافِعُ مُكْرَمٌ بِالشَّفَاعَةِ وَالْمَشْفُوعُ لَهُ مَنْ رَضِيَ اللهُ قَوْلَهُ وَعَمَلَهُ بَعْدَ الْإِذْنِ، كَمَا قَالَ تَعَالَى: مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ (الْبَقَرَةُ : ٢٥٥)


Kaidah kedua: Bahwa mereka berkata tidaklah kami berdoa kepada mereka dan menghadapkan wajah kepada mereka kecuali hanya untuk mencari kedekatan (qurbah) dan syafa'at. Maka dalil (bahwa mereka mencari) kedekatan adalah firman-Nya ta'ala: 'Dan orang-orang yang menjadikan selain dari Allah sebagai para penolong (berkata): Tidaklah kami menyembah mereka kecuali agar mereka mendekatkan kami kepada Allah sedekat-dekatnya. Sesungguhnya Allah akan menghakimi di antara mereka dalam hal apa mereka berselisih. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk orang yang pendusta lagi kafir.' (Az-Zumar : 3). Dan dalil (bahwa mereka mencari) syafa'at adalah firman-Nya ta'ala: 'Dan mereka menyembah selain dari Allah yang tidak dapat memberi mudhorot kepada mereka dan tidak pula dapat memberi manfaat kepada mereka, dan mereka berkata: Mereka itu adalah para pemberi syafa'at kami di sisi Allah.' (Yunus : 18).

Dan syafa'at itu ada dua: syafa'at yang diingkari (manfiyyah) dan syafa'at yang ditetapkan (mutsbatah). Maka syafa'at yang diingkari adalah yang dicari dari selain Allah dalam hal-hal yang tidak ada yang berkuasa atasnya kecuali Allah. Dalilnya adalah: 'Hai orang-orang yang beriman infakkanlah sebagian dari rezeki yang telah Kami berikan kepada kalian sebelum datang suatu hari yang tidak ada jual-beli di dalamnya, tidak ada sahabat setia, dan tidak ada pula syafa'at. Dan orang-orang kafir itulah yang zhalim (Al-Baqoroh : 254). Dan syafa'at yang ditetapkan adalah yang dicari dari Allah dan pemberi syafa'atnya adalah yang dimulaikan dengan syafa'at itu, dan yang diberi syafa'at adalah siapa yang diridhoi Allah baik perkataan dan amalnya setelah izin (dari Allah), sebagaimana firman-Nya Ta'ala: Tidak seorangpun yang dapat memberi syafa'at di sisi-Nya kecuali dengan izin-Nya (Al-Baqoroh : 255).


Syarah:

وَالقَاعِدَةُ الثَّالِثَةِ: أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ظَهَرَ عَلَى أُنَاسٍ مُتَفَرِّقِيْنَ فِي عِبَادَتِهِمْ. مِنْهُمْ مَنْ يَعْبُدُ الْمَلَائِكَةَ، وَمِنْهُمْ مَنْ يَعْبُدُ الْأَنْبِيَاءَ وَالصَّالِحِيْنَ، وَمِنْ هُمْ مَنْ يَعْبُدُ الْأَشْجَارَ وَالْأَحْجَارَ، وَمِنْهُمْ مَنْ يَعْبُدُ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ، وَقَاتَلَهُمْ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلَمْ يُفَرِّقْ بَيْنَهُمْ. وَالدَّلِيْلُ قَوْلُهُ تَعَالَى: وَقَاتِلُوهُمْ حَتَّى لَاتَكُونَ فِتْنَةٌ وَيَكُونَ الدِّيْنُ لِلهِ، وَإِنِ انْتَهَوْا فَلَا عُدْوَانَ إِلَّا عَلَى الظَّالِمِينَ (البَقَرَةُ : ١٩٣).

وَدَلِيلُ الشَّمْسِ وَالْقَمَرِ قَوْلُهُ تَعَالَى: وَمِنْ ءَايَاتِهِ الَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ، وَلَاتَسْجُدُوا لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوا لِلهِ الَّذِي خَلَقَهُنَّ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ (فُصِلَتْ : ٣٧).

وَدَلِيلُ الْمَلَائِكَةِ قَوْلُهُ تَعَالَى: وَلَايَأْمُرَكُمْ أَنْ تَتَّخِذُوا الْمَلَائِكَةَ وَالنَّبِيِّينَ أَرْبَابًا، أَيَأْمُرُكُمْ بِالْكُفْرِ بَعْدَ إِذْ أَنْتُم مُّسْلِمُونَ (آلِ عِمْرَانَ : ٨٠).

وَدَلِيلُ الْأَنْبِيَاءِ قَوْلُهُ تَعَالَى: وَإِذْ قَالَ اللهُ يَاعِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ ءَأَنْتَ قُلْتَ لِلنَّاسِ اتَّخِذُونِي وَأُمِّيَ إِلَهَيْنِ مِنْ دُونِ اللهِ. قَالَ سُبْحَانَكَ مَا يَكُونُ لِى أَنْ أَقُولَ مَا لَيْسَ لِىْ بِحَقٍّ. إِنْ كُنْتُ قُلْتُهُ فَقَدْ عَلِمْتَهُ. تَعْلَمُ مَا فِى نَفْسِيْ وَلَا أَعْلَمُ مَا فِى نَفْسِكَ. إنَّكَ أَنْتَ عَلَّامُ الْغُيُوبِ (المَائِدَةُ : ١١٦).

وَدَلِيلُ الصَّلِحِيْنَ قَوْلُهُ تَعَالَى: أُولَٰئِكَ الَّذِينَ يَدْعُونَ يَبْتَغُونَ إِلَىٰ رَبِّهِمُ الْوَسِيلَةَ أَيُّهُمْ أَقْرَبُ وَيَرْجُونَ رَحْمَتَهُ وَيَخَافُونَ عَذَابَهُ (الإِسْرَاءُ : ٥٧).

وَدَلِيلُ الْأَشْجَارِ وَالْأَحْجَارِ قَوْلُهُ تَعَالَى: أَفَرَأَيْتُمُ اللَّتَ وَالْعُزَّى، وَمَنَۈةَ الثَّالِثَةَ الْأُخْرَى (النَّجْمُ : ١٩-٢٠). وَحَدِيثُ أَبِيْ وَاقِدْ الْلَيْثِيِّ قَالَ خَرَجْنَا مَعَ النَّبِيِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى حُنَيْنٍ، وَنَحْنُ حُدَثَاءُ عَهْدٍ بِكُفْرٍ. وَلِلْمُشْرِكِينَ سِدْرَةٌ يَعْكُفُونَ عِنْدَهَا وَيَنُوطُونَ بِهَا أَسْلِهَتَهُمْ، يُقَالُ لَهَا ذَاتُ أَنْوَاطٍ. فَمَرَرْنَا بِسِدْرَةٍ فَقُلْنَا يَارَسُولَ اللهِ اجْعَلْ لَنَا ذَاتَ أَنْوَاطٍ كَمَا لَهُمْ ذَاتُ أَنْوَاطٍ ...(الحديث)

Dan kaidah ketiga: Sesungguhnya Nabi ﷺ masuk ketengah manusia yang beraneka-ragam peribadatannya. Di antara mereka ada yang menyembah malaikat, di antara mereka ada yang menyembah para nabi dan orang-orang sholih, di antara mereka ada yang menyembah pepohonan dan bebatuan, di antara mereka ada yang menyembah matahari dan bulan, dan Rosulullah ﷺ telah memerangi mereka dan tanpa membeda-bedakan di antara mereka. Dalilnya adalah firman-Nya ta'ala: 'Dan perangilah mereka sampai tidak ada lagi fitnah dan jadilah agama bagi Allah. Dan jika mereka berhenti maka tidak ada musuh kecuali atas orang-orang yang zholim (Al-Baqoroh : 193).

Dan dalil (penyembahan) matahari dan bulan adalah firman-Nya Ta'ala: 'Dan di antara tanda-tandanya adalah malam, siang, matahari dan bulan. Dan janganlah kalian sujud kepada matahari dan jangan pula kepada bulan, tetapi sujudlah kepada Allah yang telah menciptakannya jika hanya kepadanya kamu menyembah.' (Fushilat : 37)

Dan dalil (penyembahan) malaikat adalah firman-Nya ta'ala: 'Dan Dia tidak memerintahkan kalian untuk menjadikan malaikat dan nabi-nabi sebagai tuhan-tuhan. Adakah Dia memerintahkan kekafiran kepada kalian setelah kalian menjadi muslim?' (Ali 'Imron : 80).

Dan dalil (penyembahan) para nabi adalah firman-Nya ta'ala: 'Dan ketika Allah berfirman: Hai, 'Isa adakah kamu mengatakan kepada manusia jadikanlah aku dan ibuku sebagai dua sesembahan di samping Allah? Dia berkata: Maha Suci Engkau, tidaklah pantas bagiku untuk mengatakan sesuatu yang bukan hakku. Jika aku memang mengatakannya maka tentulah Engkau telah mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada di dalam diriku, sedangkan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau benar-benar mengetahui yang ghoib.' (Al-Ma-idah : 116).

Dan dalil (penyembahan) orang-orang sholih adalah firman-Nya ta'ala: 'Orang-orang yang mereka seru itu mencari kepada Robb mereka wasilah, siapa di antara mereka yang paling dekat, dan mereka mengharap rahmat-Nya, dan mereka takut adzab-Nya.' (Al-Isra' 57)

Dan dalil (penyembahan) pepohonan dan bebatuan adalah firman-Nya ta'ala: 'Maka apakah kalian pantas (menganggap) Al-Laata dan Al-'Uzza. Dan Manaah yang ketiga lagi terakhir (sebagai anak perempuan Allah)?' (An-Najm : 19-20). Dan hadist Abu Waqid Al-Laitsi rodhiyallahu 'anhu dia berkata: Kami keluar bersama Nabi ﷺ menuju Hunain dan kami ketika itu adalah orang-orang yang baru saja keluar dari kekufuran. Dan orang-orang musyrik memiliki pohon Sidr yang mereka ber-i'tikaf di sisinya dan menggantungkan senjata-senjata mereka padanya, yang disebut Dzatu Anwath. Kemudian kami meliwati sebuah pohon Sidr, maka kami berkata: Wahai Rosulullah jadikanlah bagi kami Dzatu Anwath sebagaimana mereka (orang-orang musyrik) memilki Dzatu Anwath ... (Al-Hadits)


Syarah:

القَاعِدَةُ الرَّابِعَةِ: أَنَّ مُشْرِكِى زَمَانِنَا أَغْلَظُ شِرْكًا مِنَ الْأَوَّلِيْنَ لِأَنَّ الْأَوَّلِيْنَ يُشْرِكُونَ فِى الرَّخَاءِ وَيُخْلِصُونَ فى الشِّدَّةِ. وَمُشْرِكُو زَمَانِنَا شِرْكُهُمْ دَائِمًا فِى الرَّخَاءِ وَالشِّدَّةِ. وَالدَّلِيلُ قَوْلُهُ تَعَالَى: فَإِذَا رَكِبُوا فِى الْفُلْكِ دَعَوُا اللهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّيْنَ فَلَمَّا نَجَّاهُمْ إلَى الْبَرِّ إذَا هُمْ يُشْرِكُونَ (العَنْكَبُوتُ : ٦٥)

Kaidah keempat: Bahwa musyrikun zaman kita lebih parah kesyirikannya daripada pendahulunya karena pendahulunya berbuat syirik hanya di dalam keadaan lapang, dan mengikhlashkan ibadah di dalam keadaan sempit. Sedangkan musyrikun zaman kita kesyirikan mereka di dalam keadaan lapang atau pun sempit. Dalilnya adalah firman-Nya ta'ala: 'Maka jika mereka naik kapal mereka berdoa kepada Allah dengan murni kepada-Nya, maka ketika Allah menyelamatkan mereka ke darat tiba-tiba mereka berbuat syirik.' (Al-'Ankabut : 65)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar