Minggu, 06 Oktober 2019

Halaqoh-22 Silsilah Ilmiyah Belajar Tauhid: Takut kepada Allah

Takut kepada Allah

Di antara keyakinan seorang muslim bahwa manfaat dan mudhorot adalah di tangan Allah semata. Seorang muslim tidak takut kecuali kepada Allah semata dan tidak bertawakal kecuali hanya kepada Allah. Takut kepada Allah yang dibenarkan adalah takut yang membawa pelakunya kepada merendahkan diri di hadapan Allah, mengagungkannya, dan membawanya untuk menjauhi larangan Allah dan melaksanakan perintah-Nya. Bukan takut yang berlebihan yang membawa kepada keputusasaan terhadap rahmat Allah, dan bukan juga takut yang terlalu tipis yang tidak membawa pemiliknya kepada ketaatan kepada Allah.

Takut seperti ini adalah ibadah. Tidak boleh sekali-kali seorang muslim menyerahkan takut seperti ini kepada selain Allah. Barang siapa menyerahkannya kepada selain Allah, maka dia telah terjerumus ke dalam syirik besar yang dapat mengeluarkan seseorang dari Islam. Misalnya, orang yang takut mudhorot wali fulan yang sudah meninggal, kemudian takut tersebut menjadikan dia merendahkan diri di hadapan kuburannya dan kemudian mengagungkannya. Hendaknya seorang muslim meneladani Nabi Ibrohim 'alaihissalam ketika beliau berkata:

وَلَا أَخَافُ مَا تُشْرِكُونَ بِهِ إِلَّا أَنْ يَشَاءَ رَبِّي شَيْئًا ۗ

Artinya: "...Dan aku tidak takut kepada (malapetaka dari) sembahan-sembahan yang kamu persekutukan dengan Allah, kecuali di kala Tuhanku menghendaki sesuatu (dari malapetaka) itu." --(Al-An'am : 80)

Di antara takut yang diharamkan adalah takunya seseorang kepada makhluk melebihi takutnya kepada Allah, sehingga takutnya tersebut membuatnya meninggalkan perintah Allah, atau melanggar larangan Allah. Seperti orang yang meninggalkan jihad yang wajib atasnya karena takut kepada orang-orang kafir, atau tidak melarang kemungkaran karena takut celaan manusia padahal dia mampu. Allah berfirman:

إِنَّمَا ذَٰلِكُمُ الشَّيْطَانُ يُخَوِّفُ أَوْلِيَاءَهُ فَلَا تَخَافُوهُمْ وَخَافُونِ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ

Artinya: "Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaitan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy), karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu benar-benar orang yang beriman." --(Ali Imron : 175)

Di antara cara menghilangkan rasa takut kepada makhluk yang diharamkan adalah berlindung kepada Allah subhanahu wa ta'ala dari bisikan setan dan mengingat sabda Nabi ﷺ:

وَاعْلَمْ أَنَّ الْأُمَّةَ لَوْ اجْتَمَعَتْ عَلَى أَنْ يَنْفَعُوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَنْفَعُوكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ لَكَ وَلَوْ اجْتَمَعُوا عَلَى أَنْ يَضُرُّوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَضُرُّوكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ عَلَيْكَ

Artinya: "Ketahuilah bahwa seandainya umat semuanya berkumpul untuk memberi manfaat kepadamu niscaya mereka tidak bisa memberikan manfaat kecuali dengan apa yang sudah Allah tulis. Dan seandainya mereka berkumpul untuk memberi mudhorot kepadamu, niscaya mereka tidak bisa memberi mudhorot kecuali dengan apa yang sudah Allah tulis." --(HR. At-Tirmidzi No. 2516 dan dishohihkan oleh Syaikh Al-Albani)

Diperbolehkan takut yang merupakan tabi'at manusia seperti takut kepada panasnya api, binatang buas, dan takut seperti ini bukanlah takut yang merupakan ibadah dan bukanlah takut yang menyebabkan seseorang meninggalkan perintah atau melanggar larangan Allah subhanahu wa ta'ala. Ini adalah takut yang tabi'at, para nabipun tidak terlepas darinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar