Wahyu
Wahyu secara bahasa adalah pemberitahuan secara cepat dan samar. Di dalam Al-qur'an, Allah menyebutkan bahwa Allah mewahyukan kepada Ibu Nabi Musa 'alaihissalam untuk menyusui Musa 'alaihissalam. Dan Allah mewahyukan kepada lebah untuk membuat sarang. Dan Allah menyebutkan bahwa Nabi Zakaria 'alaihissalam mewahyukan kepada kaumnya dengan isyarat. Dan di dalam Al-qur'an Allah juga menyebutkan bahwasanya syaithan mewahyukan kepada wali-walinya. Maka ini semua adalah wahyu secara bahasa.
Adapun secara syariat maka wahyu adalah pemberitahuan Allah kepada para nabinya dengan apa yang Allah ingin sampaikan kepada mereka baik berupa syariat atau kitab, baik dengan perantara atau tidak dengan perantara. Dan wahyu inilah kekhususan para nabi, sebagaimana firman Allah:
إِنَّا أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ كَمَا أَوْحَيْنَا إِلَىٰ نُوحٍ وَالنَّبِيِّينَ مِنْ بَعْدِهِ ۚ
"Sesungguhnya kami telah mewahyukan kepadamu, sebagaimana kami telah wahyukan kepada Nuh dan nabi-nabi setelahnya." (An-Nisa' : 163)
Wahyu Allah sampaikan kepada para nabi menggunakan tiga cara:
Pertama, Allah langsung mewahyukan ke hati nabi yang diwahyukan. Seperti sabda Nabi ﷺ:
إنَّ رُوحَ القُدُسِ نفثَ في رُوعِي ، أنَّ نفسًا لَن تموتَ حتَّى تستكمِلَ أجلَها ، وتستوعِبَ رزقَها ، فاتَّقوا اللهَ ، وأجمِلُوا في الطَّلَبِ ، ولا يَحمِلَنَّ أحدَكم استبطاءُ الرِّزقِ أن يطلُبَه بمَعصيةِ اللهِ ، فإنَّ اللهَ تعالى لا يُنالُ ما عندَه إلَّا بِطاعَتِهِ
"Sesungguhnya Ruh Qudus telah meniupkan di dalam hatiku bahwa sebuah jiwa tidak akan meninggal sampai sempurna ajalnya dan sempurna rezekinya. Maka hendaklah kalian perbaika caram encari rezeki kalian. Janganlah sampai salah seorang dari kalian mencari rezeki dengan maksiat karena melihat lambatnya rezeki. Karena sesungguhnya tidak dicari apa yang di sisi Allah kecuali dengan ketaatan kepada-Nya." (HR. Abu Nu'im dalam Hilyatul Auliya' dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani)
Yang kedua, Allah berbicara langsung kepada nabi tersebut dari balik hijab sebagaimana ketika Allah berbicara langsung kepada Nabi Musa 'alaihissalam, sebagaimana dalam firman Allah:
وَكَلَّمَ اللَّهُ مُوسَىٰ تَكْلِيمًا
"Dan Allah berbicara kepada Musa dengan dengan sebenar-benar pembicaraan." (An-Nisa' : 164)
Yang ketiga, wahyu tersebut datang dengan perantaraan malaikat sebagaimana turunnya Jibril membawa wahyu dari Allah kepada para nabi dan rasul.
Dalil ketiga cara ini adalah firman Allah:
وَمَا كَانَ لِبَشَرٍ أَنْ يُكَلِّمَهُ اللَّهُ إِلَّا وَحْيًا أَوْ مِنْ وَرَاءِ حِجَابٍ أَوْ يُرْسِلَ رَسُولًا فَيُوحِيَ بِإِذْنِهِ مَا يَشَاءُ ۚ إِنَّهُ عَلِيٌّ حَكِيمٌ
"Dan tidaklah Allah berbicara kepada manusia kecuali wahyu yang di wahyukan secara langsung, atau berbicara kepadanya dari balik hijab, atau Allah mengutus seorang malaikat utusan kemudian malaikat tersebut mewahyukan dengan izin Allah apa yang Allah kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana." (Asyura : 51)
Dan Jibril datang kepada Nabi dengan membawa wahyu terkadang dengan wujudnya yang asli, dan terkadang datang wahyu tersebut seperti kerincingan lonceng, dan terkadang Jibril datang menjelma sebagai seorang manusia. Al-Harist Ibnu Hisyam radhiyallahu 'anhu pernah bertanya kepada Rasulullah ﷺ:
يا رَسولَ اللَّهِ، كيفَ يَأْتِيكَ الوَحْيُ؟
"Wahai rasulullah, bagaimana wahyu itu datang kepadamu?"
أحْيانًا يَأْتِينِي مِثْلَ صَلْصَلَةِ الجَرَسِ، وهو أشَدُّهُ عَلَيَّ، فيُفْصَمُ عَنِّي وقدْ وعَيْتُ عنْه ما قالَ، وأَحْيانًا يَتَمَثَّلُ لِيَ المَلَكُ رَجُلًا فيُكَلِّمُنِي فأعِي ما يقولُ
"Terkadang datang wahyu kepadaku seperti suara kerincingan lonceng, dan inilah yang paling berat bagiku, kemudian suara itu pergi dan aku sudah memahami apa yang dia katakan, dan terkadang malaikat menjelma sebagai seorang laki-laki kemudian berbicara kepadaku dan akupun memahami apa yang dia katakan." (Hadits mutaffaqun 'alaihi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar