Senin, 19 Agustus 2019

Bersemangat dalam Menuntut Ilmu Agama

Bersemangat dalam Menuntut Ilmu

Perintah Untuk Bersemangat untuk Hal yang Bermanfaat

Rasulullah ﷺ bersabda:

احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلَا تَعْجَزْ

Artinya: "... bersemangatlah kamu terhadap apa yang bermanfaat bagimu dan mintalah pertolongan kepada Allah dan janganlah kamu merasa lemah..." -- (HR. Muslim No. 2664, Ahmad No. 8436 dan 8473, dan Ibnu Majah No. 76 dan No. 4168)

Dan menuntut ilmu syar'i pastilah bermanfaat bagi penuntutnya karena dengan ilmu tersebut dia mengharapkankan agar Allah memudahkannya menuju jalan ke surga Allah. Oleh karena itu, seorang penuntut ilmu wajib mempertahankan semangat dan memohon pertolongan Allah serta tidak merasa lemah dalam menuntut ilmu.

Sebab-Sebab Futur

Di antara sebab-sebab futur (malas dan hilangnya semangat) dalam menuntut ilmu dan beramal adalah:

  1. Hilangnya keikhlasan.
  2. Lemahnya ilmu syar’i.
  3. Ketergantungan hati kepada dunia dan melupakan akhirat.
  4. Fitnah (cobaan) berupa isteri dan anak.
  5. Hidup di tengah masyarakat yang rusak.
  6. Berteman dengan orang-orang yang memiliki keinginan yang lemah dan cita-cita duniawi.
  7. Melakukan dosa dan maksiyat serta memakan yang haram.
  8. Tidak mempunyai tujuan yang jelas (baik dalam menuntut ilmu maupun berdakwah).
  9. Lemahnya iman.
  10. Menyendiri (tidak mau berjama’ah).
  11. Lemahnya pendidikan.

Mempertahankan Semangat (Tekad) dalam Menuntut Ilmu

Syaikh Muhammad bin Sholeh Al-‘Utsaimin Rohimahullah pernah ditanya: "Diperhatikan-perhatikan lemahnya semangat dan rasa bosan melanda sebagian penuntut ilmu. Maka apa washilah, cara dan metode untuk mendapatkan semangat yang tinggi dan tekad yang kuat dalam menuntut ilmu ?" Beliau menjawab: "Lemahnya tekad dalam menuntut ilmu agama merupakan musibah yang besar. Berikut ini ada beberapa perkara yang seyogyanya dilaksanakan."

Perkara pertama: Ikhlas untuk Allah ‘Azza wa Jalla dalam menuntut ilmu. Seseorang jika dia mengikhlaskan dirinya kepada Allah ‘Azza wa Jalla dalam menuntut ilmu. Dia mengetahui bahwasanya dirinya akan diberikan pahala dalam proses menuntut ilmu kemudian dia akan mendapatkan derajat mulia ketiga dari tingkatan derajat kemuliaan dalam ummat ini. Maka semangatnya pun akan tumbuh (kembali).

وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَٰئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ ۚ وَحَسُنَ أُولَٰئِكَ رَفِيقًا

Artinya: "Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya." --(An-Nisa' : 69)

Perkara Kedua: Senantiasa bersama kelompok orang yang mereka memotifasi anda kepada ilmu, mereka akan membantu, menolong anda untuk diskusi, membahas. Pertemanan dengan mereka tidak akan membosankan selama mereka membantu anda dalam ilmu.

Perkara Ketiga : Hendaklah dia menyabarkan dirinya dalam artian dia menahan jiwanya jika mulai condong pada futur (malas). Allah Ta’ala berfirman,

وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ ۖ وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا

Artinya: "Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas." --(Al-Kahfi : 28)

Meminta Pertolongan Allah dengan Doa

Biasakan diri membaca dzikir pagi dan petang, yang mana salah satu bacaanya berisikan doa:

... رَبِّ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْكَسَلِ وَسُوْءِ الْكِبَرِ ...

Artinya: "...Wahai Rabbku, aku berlindung kepada-Mu dari kemalasan dan kejelekan di hari tua..." --(HR. Muslim no. 2723)

Juga bacaan dzikir berikut ini setelah shalat subuh:

اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَرِزْقًا طَيِّبًا، وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً

Artinya: "Ya Allah, sungguh aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rizki yang halal dan amal yang diterima." --(HR. Ibnu Majah no. 925 dan Ahmad 6: 305, 322. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini shahih.)

Dan semua bacaan dzikir pagi dan petang. Dan juga bacaan doa lainnya dari Nabi seperti:

اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَالْجُبْنِ وَالْهَرَمِ وَالْبُخْلِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ

Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan, rasa malas, rasa takut, kejelekan di waktu tua, dan sifat kikir. Dan aku juga berlindung kepada-Mu dari siksa kubur serta bencana kehidupan dan kematian.” --(HR. Bukhari no. 6367 dan Muslim no. 2706)

Rabu, 07 Agustus 2019

Ikhlas dalam Menuntut Ilmu Agama

Ikhlas dalam Menuntut Ilmu Agama

Menuntut Ilmu Agama adalah Ibadah

Menuntut ilmu Agama adalah salah satu bentuk ibadah karena terdapat banyak dalil yang menunjukkan kewajiban dan keutamaan menuntut ilmu Agama, yang di antaranya adalah:

  • Hadist dari Anas bin Malik rodhiyallahu 'anhu, dia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda:
  • طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ

    Artinya: "Menuntut ilmu fardhu bagi setiap muslim." --(Hadist shohih yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah, No. 220)

  • Hadist dari Abu Hurairoh rodhiyallahu 'anhu, dia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda:
  • مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

    Artinya: "Barang siapa menempuh suatu jalan agar mendapatkan ilmu di dalamnya semoga Allah memudahkan baginya jalan ke surga." --(hadist riwayat Muslim [No. 2699], Ahmad [No. 7118], Ibnu Majah [No. 221], dan yang lainnya.)

Dengan dasar kedua hadist di atas, yaitu hadist yang mewajibkan menuntut ilmu agama dan dalil yang menjelaskan keutamaan menuntut ilmu agama maka kita mengetahui bahwa menuntut ilmu agama itu adalah ibadah.

Menuntut Ilmu Agama Harus dengan Niat Ikhlash

Syarat pertama suatu ibadah agar diterima oleh Allah adalah ikhlas, sebagaimana Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّـهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَٰلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ

Artinya: "Mereka tidak disuruh kecuali supaya beribadah kepada Allah dengan ikhlas hanya untuk-Nya, dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus." (Al-Bayyinah : 5)

Ikhlas berarti memurnikan niat ibadah, yaitu dalam subjek pembahasan kita adalah menuntut ilmu, yaitu menuntut ilmu agama dalam rangka mendapatkan ridho Allah.

Bagaimana Niat Ikhlas dalam Menuntut Ilmu?

Niat yang ikhlas untuk Allah dalam menuntut ilmu adalah niat yang diperintahkan dan dianjurkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan tidak dilarang oleh keduanya. Cara mengiklashkan niat dalam menuntut ilmu antara lain:

  • Meniatkannya untuk menjalankan perintah Allah.
  • Meniatkannya untuk meneladani Rasulullah ﷺ.
  • Meniatkannya untuk mengangkat kebodohan dari diri sendiri.
  • Meniatkannya untuk mengangkat kebodohan dari orang lain.
  • Meniatkannya untuk menjaga atau melestarikan syari’at Allah ta’ala.

Niat yang Tercela dalam Menuntut Ilmu Agama

  1. Berniat untuk membantah para ulama karena riya’ dan sum’ah agar terlihat atau terdengar ilmunya.
  2. Berniat untuk berdebat dengan orang-orang bodoh untuk berbangga-bangga dan sombong dengan ilmunya.
  3. Berniat untuk mencari popularitas.
  4. Tiga golongan yang pertama ini tercela berdasarkan hadist berikut:

    مَنْ طَلَبَ الْعِلْمَ لِيُجَارِىَ بِهِ الْعُلَمَاءَ أَوْ لِيُمَارِىَ بِهِ السُّفَهَاءَ أَوْ يَصْرِفَ بِهِ وُجُوهَ النَّاسِ إِلَيْهِ أَدْخَلَهُ اللَّهُ النَّارَ

    Artinya: "Barangsiapa menuntut ilmu untuk menandingi para ulama, atau mendebat orang-orang bodoh, atau memalingkan pandangan-pandangan manusia kepadanya, maka Allah akan memasukkannya ke neraka." --(Hadist hasan yang diriyawatkan oleh Tirmidzi [No. 2654] dan Ibnu Majah [No. 253])

  5. Berniat untuk meraih tujuan-tujuan duniawi semata seperti menginginkan ijazah, gelar sarjana, jabatan dan gaji yang tinggi.
  6. Ini tercela berdasarkan hadist dari Abu Huroirah, di berkata: Rasulullah ﷺ bersabda:

    مَنْ تَعَلَّمَ عِلْمًا مِمَّا يُبْتَغَى بِهِ وَجْهُ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ لاَ يَتَعَلَّمُهُ إِلاَّ لِيُصِيبَ بِهِ عَرَضًا مِنَ الدُّنْيَا لَمْ يَجِدْ عَرْفَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

    Artinya: "Barangsiapa menuntut ilmu yang seharusnya diharapkan dengannya wajah Allah ‘azza wa jalla, tetapi ia tidak menuntutnya kecuali untuk mendapatkan sedikit dari kenikmatan dunia maka ia tidak akan mencium bau surga pada hari kiamat." --(hadist shohih diriwayatkan oleh Ahmad [No. 8103], Abu Daud [No. 3664] dan Ibnu Majah [No. 248])

    Bahkan berniat menuntut ilmu agama semata-mata untuk tujuan duniawi tergolong kesyirikan berdasarkan firman Allah:

    مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ أُولَئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الْآخِرَةِ إِلَّا النَّارُ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

    Artinya: "Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya (semata-mata), niscaya Kami berikan kepada mereka balasan amalan mereka di dunia dengan sempurna, dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat kecuali neraka, dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan." --(Hud: 15-16)

Bagaimana Gambaran Keikhlasan Para Ulama Salaf?

  • Tidak pernah merasa telah ikhlas
  • Imam Ahmad pernah ditanya, "Apakah Anda menuntut ilmu dengan ikhlas karena Allah?" Beliau menjawab:

    لله! عزيز, ولكنه شيء حبب إلي فطلبته

    "Karena Allah? Itu perkara besar! Hanya saja, aku telah dibuat cinta kepada belajar. Sehingga aku terus menuntut ilmu."

  • Selalu memperbaiki niat, karena niat itu bisa berubah-ubah
  • Imam Sufyan Ats-Tsauri (wafat pada th 161 H), sampai pernah mengatakan,

    ما عالجت شيئا أشد علي من نيتي لأنها تتقلب عليَّ

    Aku tak pernah mengobati sesuatu yang lebih berat daripada memperbaiki niatku. Karena niatku terus berubah-ubah.