Ikhlas dalam Menuntut Ilmu Agama
Menuntut Ilmu Agama adalah Ibadah
Menuntut ilmu Agama adalah salah satu bentuk ibadah karena terdapat banyak dalil yang menunjukkan kewajiban dan keutamaan menuntut ilmu Agama, yang di antaranya adalah:
- Hadist dari Anas bin Malik rodhiyallahu 'anhu, dia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda:
- Hadist dari Abu Hurairoh rodhiyallahu 'anhu, dia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda:
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
Artinya: "Menuntut ilmu fardhu bagi setiap muslim." --(Hadist shohih yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah, No. 220)
مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ
Artinya: "Barang siapa menempuh suatu jalan agar mendapatkan ilmu di dalamnya semoga Allah memudahkan baginya jalan ke surga." --(hadist riwayat Muslim [No. 2699], Ahmad [No. 7118], Ibnu Majah [No. 221], dan yang lainnya.)
Dengan dasar kedua hadist di atas, yaitu hadist yang mewajibkan menuntut ilmu agama dan dalil yang menjelaskan keutamaan menuntut ilmu agama maka kita mengetahui bahwa menuntut ilmu agama itu adalah ibadah.
Menuntut Ilmu Agama Harus dengan Niat Ikhlash
Syarat pertama suatu ibadah agar diterima oleh Allah adalah ikhlas, sebagaimana Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّـهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَٰلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
Artinya: "Mereka tidak disuruh kecuali supaya beribadah kepada Allah dengan ikhlas hanya untuk-Nya, dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus." (Al-Bayyinah : 5)
Ikhlas berarti memurnikan niat ibadah, yaitu dalam subjek pembahasan kita adalah menuntut ilmu, yaitu menuntut ilmu agama dalam rangka mendapatkan ridho Allah.
Bagaimana Niat Ikhlas dalam Menuntut Ilmu?
Niat yang ikhlas untuk Allah dalam menuntut ilmu adalah niat yang diperintahkan dan dianjurkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan tidak dilarang oleh keduanya. Cara mengiklashkan niat dalam menuntut ilmu antara lain:
- Meniatkannya untuk menjalankan perintah Allah.
- Meniatkannya untuk meneladani Rasulullah ﷺ.
- Meniatkannya untuk mengangkat kebodohan dari diri sendiri.
- Meniatkannya untuk mengangkat kebodohan dari orang lain.
- Meniatkannya untuk menjaga atau melestarikan syari’at Allah ta’ala.
Niat yang Tercela dalam Menuntut Ilmu Agama
- Berniat untuk membantah para ulama karena riya’ dan sum’ah agar terlihat atau terdengar ilmunya.
- Berniat untuk berdebat dengan orang-orang bodoh untuk berbangga-bangga dan sombong dengan ilmunya.
- Berniat untuk mencari popularitas.
- Berniat untuk meraih tujuan-tujuan duniawi semata seperti menginginkan ijazah, gelar sarjana, jabatan dan gaji yang tinggi.
Tiga golongan yang pertama ini tercela berdasarkan hadist berikut:
مَنْ طَلَبَ الْعِلْمَ لِيُجَارِىَ بِهِ الْعُلَمَاءَ أَوْ لِيُمَارِىَ بِهِ السُّفَهَاءَ أَوْ يَصْرِفَ بِهِ وُجُوهَ النَّاسِ إِلَيْهِ أَدْخَلَهُ اللَّهُ النَّارَ
Artinya: "Barangsiapa menuntut ilmu untuk menandingi para ulama, atau mendebat orang-orang bodoh, atau memalingkan pandangan-pandangan manusia kepadanya, maka Allah akan memasukkannya ke neraka." --(Hadist hasan yang diriyawatkan oleh Tirmidzi [No. 2654] dan Ibnu Majah [No. 253])
Ini tercela berdasarkan hadist dari Abu Huroirah, di berkata: Rasulullah ﷺ bersabda:
مَنْ تَعَلَّمَ عِلْمًا مِمَّا يُبْتَغَى بِهِ وَجْهُ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ لاَ يَتَعَلَّمُهُ إِلاَّ لِيُصِيبَ بِهِ عَرَضًا مِنَ الدُّنْيَا لَمْ يَجِدْ عَرْفَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Artinya: "Barangsiapa menuntut ilmu yang seharusnya diharapkan dengannya wajah Allah ‘azza wa jalla, tetapi ia tidak menuntutnya kecuali untuk mendapatkan sedikit dari kenikmatan dunia maka ia tidak akan mencium bau surga pada hari kiamat." --(hadist shohih diriwayatkan oleh Ahmad [No. 8103], Abu Daud [No. 3664] dan Ibnu Majah [No. 248])
Bahkan berniat menuntut ilmu agama semata-mata untuk tujuan duniawi tergolong kesyirikan berdasarkan firman Allah:
مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ أُولَئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الْآخِرَةِ إِلَّا النَّارُ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Artinya: "Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya (semata-mata), niscaya Kami berikan kepada mereka balasan amalan mereka di dunia dengan sempurna, dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat kecuali neraka, dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan." --(Hud: 15-16)
Bagaimana Gambaran Keikhlasan Para Ulama Salaf?
- Tidak pernah merasa telah ikhlas
- Selalu memperbaiki niat, karena niat itu bisa berubah-ubah
Imam Ahmad pernah ditanya, "Apakah Anda menuntut ilmu dengan ikhlas karena Allah?" Beliau menjawab:
لله! عزيز, ولكنه شيء حبب إلي فطلبته
"Karena Allah? Itu perkara besar! Hanya saja, aku telah dibuat cinta kepada belajar. Sehingga aku terus menuntut ilmu."
Imam Sufyan Ats-Tsauri (wafat pada th 161 H), sampai pernah mengatakan,
ما عالجت شيئا أشد علي من نيتي لأنها تتقلب عليَّ
Aku tak pernah mengobati sesuatu yang lebih berat daripada memperbaiki niatku. Karena niatku terus berubah-ubah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar