Minggu, 19 Juli 2020

Halaqoh 50 Silsilah Ilmiyah Beriman Kepada Hari Akhir: Mizan (Timbangan) Dan Penimbangan Amal Bagian 01 dari 02

Mizan (Timbangan) Dan Penimbangan Amal Bagian 01 dari 02

Di antara beriman kepada Hari Akhir adalah beriman dengan adanya Mizan dan penimbangan amal. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:

وَنَضَعُ الْمَوَازِينَ الْقِسْطَ لِيَوْمِ الْقِيَامَةِ فَلَا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْئًا ۖ

"Kami akan memasang timbangan yang adil pada hari kiamat, maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikitpun." --(Al-Anbiya' : 47)

Sebagian ulama berpendapat bahwasanya penimbangan amal dilakukan setelah hisab, karena hisab untuk menghitung amalan sedangkan penimbangan adalah untuk menampakkan hasil dari perhitungan tersebut dan menunjukkan keadilan Allah subhanahu wa ta'ala. Akan ditimbang hasanah dan sayyi'ah dengan timbangan yang hakiki, memiliki dua kiffah (piringan timbangan), memiliki sifat berat dan ringan, dan bisa miring karena amalan, wallahu a'lam tentang hakikatnya dan bagaimananya. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:

فَمَنْ ثَقُلَتْ مَوَازِينُهُ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ. وَمَنْ خَفَّتْ مَوَازِينُهُ فَأُولَٰئِكَ الَّذِينَ خَسِرُوا أَنْفُسَهُمْ فِي جَهَنَّمَ خَالِدُونَ.

"Barangsiapa yang berat timbangan (kebaikan)nya, maka mereka itulah orang-orang yang dapat keberuntungan. Dan barangsiapa yang ringan timbangannya, maka mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, mereka kekal di dalam neraka Jahannam." --(Al-Mu'minun : 102-103)

Di dalam hadist yang shohih yang diriwayatkan oleh Tirmidzi dan Ibnu Majah disebutkan bahwasanya catatan dosa-dosa akan ditaruh di kiffah (daun/piringan timbangan) dan bithoqoh (kartu) yang bertuliskan Laa ilaaha illallaah akan ditaruh di kiffah yang lain. Rasulullah ﷺ bersabda:

يُوضَعُ المِيزَانُ يومَ القيامةِ، فَلَوْ وُزِنَ فيهِ السَّمَوَاتُ و الأرضُ لَوَسَعَتْ ، فَتقولُ الملائكةُ : يا رَبِّ لِمَنْ يزِنُ هذا ؟ فيقولُ اللهُ تعالى : لِمَنْ شِئْتُ من خَلْقِي ،

"Akan diletakkan mizan pada hari kiamat, seandainya langit dan bumi ditimbang di dalamnya niscaya akan cukup, bertanyalah para malaikat: 'Wahai Rabb, untuk siapakah timbangan ini?' Allah subhanahu wa ta'ala berfirman: 'Untuk orang yang aku kehendaki dari antara makhluk-Ku'" --(Hadist shahih dirowayatkan oleh Al-Hakim di dalam Al-Mustadrak)

Para ulama berbeda pendapat tentang berapakah jumlah mizan di hari kiamat, apakah satu timbangan ataukah banyak, karena masing-masing manusia memiliki timbangan, atau maisng-masing amalan memiliki timbangan khusus, wallahu a'lam.

Halaqoh 49 Silsilah Ilmiyah Beriman Kepada Hari Akhir: Penegakkan Qishash-Hukuman Bagi Orang-Orang Yang Zhalim

Penegakkan Qishash-Hukuman Bagi Orang-Orang Yang Zhalim

Termasuk keadilan Allah subhanahu wa ta'ala adalah menegakkan qishash di antara makhluk di hari kiamat. Tidak ada makhluk dizholimi di dunia oleh yang lain kecuali akan Allah kembalikan haqnya di hari kiamat, bahkan di antara hewan. Rasulullah ﷺ bersabda:

لَتُؤَدُّنَّ الْحُقُوقَ إِلَى أَهْلِهَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُقَادَ لِلشَّاةِ الْجَلْحَاءِ مِنْ الشَّاةِ الْقَرْنَاءِ

"Sungguh akan diberikan hak-hak ini kepada pemiliknyadi hari kiamat, sampai akan diqishosh seekor kambing yang bertanduk (karena kezholiman) terhadap kambing yang tidak bertanduk." --(HR. Muslim No. 2582)

Akan didatangkan orang yang zholim dan yang dizholimi sekecil apapun kezholiman tersebut, baik kezholiman berupa harta seperti pencurian, perampokan, penipuan, hutang atau kezholiman kehormatan seperti umpatan, ghibah, tuduhan palsu, atau kezholiman fisik seperti pemukulan, pembunuhan dan lain-lain.

Penegakan keadilan saat itu adalah dengan hasanah (pahala) dan sayyi'ah (dosa). Orang yang zholim akan diambil hasanahnya dan diberikan kepada orang yang dizholimi. Apabila orang yang zholim tersebut tidak memiliki hasanah maka sayyo'ah orang yang dizholimi akan diberikan kepada orang zholim tersebut. Orang yang bangkrut di hari tersebut adalah orang-orang yang terlalu banyak kezholimannya di dunia. Rasulullah ﷺ bersabda yang artinya:

"Sesunggunya orang yang bangkrut di kalangan umatku adalah yang datang di hari kiamat dengan membawa pahala sholat, pahala puasa, dan pahala zakat. Dia datang pada hari tersebut dan dahulu di dunia dia telah mencela si fulan, menuduh si fulan berzina, memakan harta si fulan, menumpahkan darah si fulan, dan memukul si fulan. Maka hasanah (pahala) orang tersebut akan diberikan kepada si fulan lalu si fulan, sehingga apabila habis hasanah orang tersebut sebelum dia melunasi hak orang lain, maka akan diambil dosa-dosa orang yang pernah dia zholimi tersebut, dan dipikulkan kepadanya, kemudian akhirnya dia dilemparkan ke dalam neraka." --(HR. Muslim)

Oleh karena itu seorang muslim di dunia apabila berbuat zholim maka hendaknya bersegera untuk minta maaf, dan mengembalikan hak orang yang pernah dia zholimi. Rasulullah ﷺ bersabda yang artinya:

"Barangsiapa yang memiliki kezholiman kepada orang lain baik berupa kehormatan atau sesuatu yang lain maka hendaklah dia meminta dihalalkan darinya pada hari ini sebelum datang hari yang di situ tidak ada dinar dan dirham. --(HR. Bokhori)"

Orang yang dizholimi di dunia boleh membalas dengan balasan yang setimpal, akan tetapi tidak boleh dia membalas dengan berlebihan, karena dengan demikian justru dia menjadi orang yang zholim yang akan diambil kebaikannya, dan apabila dia memaafkan maka Allah subhanahu wa ta'ala akan memberikan pahala yang besar.

وَجَزَاءُ سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِثْلُهَا ۖ فَمَنْ عَفَا وَأَصْلَحَ فَأَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ ۚ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ

"Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim." --(Asy-Syura : 40)

Halaqoh 48 Silsilah Ilmiyah Beriman Kepada Hari Akhir: Pemberian Kitab

Pemberian Kitab

Setelah Allah subhanahu wa ta'ala menghisab seorang hamba, maka hamba tersebut akan diberi kitab. Orang yang beriman dengan hisab dan hari perhitungan dan dia beramal maka dia akan menerima kitab yang berisi hasanah dengan tangan kanannya dan kelak akan kembali kepada keluarganya di dalam surga dalam keadaan yang sangat bahagia. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:

فَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِينِهِ. فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِسَابًا يَسِيرًا. وَيَنْقَلِبُ إِلَىٰ أَهْلِهِ مَسْرُورًا.

"Maka adapun orang yang diberi kitab dengan tangan kanannya, maka dia akan dihisab dengan hisab yang mudah, dan dia akan kembali kepada keluarganya dalam keadaan bahagia." --(QS. Al-Insyiqaq : 7-9)

Allah subhanahu wa ta'ala juga berfirman:

فَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِينِهِ فَيَقُولُ هَاؤُمُ اقْرَءُوا كِتَابِيَهْ. إِنِّي ظَنَنْتُ أَنِّي مُلَاقٍ حِسَابِيَهْ. فَهُوَ فِي عِيشَةٍ رَاضِيَةٍ. فِي جَنَّةٍ عَالِيَةٍ. قُطُوفُهَا دَانِيَةٌ. كُلُوا وَاشْرَبُوا هَنِيئًا بِمَا أَسْلَفْتُمْ فِي الْأَيَّامِ الْخَالِيَةِ

"Maka adapun orang yang diberi kitab dengan tangan kanan, dia kan berkata (kepada orang lain) silakan bacalah kitabku ini, sesungguhnya aku (dahulu di dunia) yakin bahwa akan menemui hisab. Maka dia akan berada di dalam kehidupan yang diridhoi di surga yang tinggi, yang buah-buahannya rendah (mudah dipetik), dikatakan kepada mereka: 'Makanlah kalian dan minumlah dengan nikmat karena amal-amal yang telah kalian kerjakan pada hari-hari yang telah lalu." --(Al-Haqqah : 19-24)

Adapun orang kafir dan munafiq, maka dia akan menerima kitab dengan tangan kiri dari arah belakang, pertanda bahwasanya mereka akan masuk ke dalam neraka. Dia pun berteriak dengan kecelakaan. Tidak bermanfaat bagi mereka harta mereka yang berlimpah dan jabatan mereka yang tinggi ketika di dunia. Mereka menyesal dan berangan-angan seandainya tidak diberi kitab dan berangan-angan seandainya tidak dibangkitkan oleh Allah subhanahu wa ta'ala. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:

وَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ وَرَاءَ ظَهْرِهِ. فَسَوْفَ يَدْعُو ثُبُورًا. وَيَصْلَىٰ سَعِيرًا. إِنَّهُ كَانَ فِي أَهْلِهِ مَسْرُورًا. إِنَّهُ ظَنَّ أَنْ لَنْ يَحُورَ.

"Dan adapun orang yang diberikan kitabnya dari belakangnya, maka dia akan berteriak dengan kecelakaan, dan akan masuk kelak di dalam neraka, sesungguhnya dahulu dia bergembira ria dengan keluarganya, dan sesungguhnya dahulu dia menyangka bahwa dia tidak akan kembali kepada Allah." --(Al-Insyiqaq : 10-14)

Allah subhanahu wa ta'ala juga berfirman:

وَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِشِمَالِهِ فَيَقُولُ يَا لَيْتَنِي لَمْ أُوتَ كِتَابِيَهْ. وَلَمْ أَدْرِ مَا حِسَابِيَهْ. يَا لَيْتَهَا كَانَتِ الْقَاضِيَةَ. مَا أَغْنَىٰ عَنِّي مَالِيَهْ ۜ. هَلَكَ عَنِّي سُلْطَانِيَهْ. خُذُوهُ فَغُلُّوهُ. ثُمَّ الْجَحِيمَ صَلُّوهُ. ثُمَّ فِي سِلْسِلَةٍ ذَرْعُهَا سَبْعُونَ ذِرَاعًا فَاسْلُكُوهُ

"Adapun orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kirinya, maka dia berkata: "Wahai alangkah baiknya kiranya tidak diberikan kepadaku kitabku (ini). Dan aku tidak mengetahui apa hisab terhadap diriku. Wahai kiranya kematian itulah yang menyelesaikan segala sesuatu. Hartaku sekali-kali tidak memberi manfaat kepadaku. Telah hilang kekuasaanku daripadaku". (Allah berfirman): "Peganglah dia lalu belenggulah tangannya ke lehernya. Kemudian masukkanlah dia ke dalam api neraka yang menyala-nyala. Kemudian belitlah dia dengan rantai yang panjangnya tujuh puluh hasta." --(Al-Haqqah : 25-32)

Halaqoh 47 Silsilah Ilmiyah Beriman Kepada Hari Akhir: Orang Yang Pertama Dihisab, Amal Yang Pertama Dihisab dan Hal Yang Pertama Dihisab

Orang Yang Pertama Dihisab, Amal Yang Pertama Dihisab dan Hal Yang Pertama Dihisab

Orang yang pertama kali akan dihisab pada hari kiamat ada tiga orang. Yang pertama adalah orang yang berjihad karena riya'. Dia akan didatangkan dan akan diperlihatkan kenikmatan yang telah Allah berikan kepadanya, maka dia pun menganalnya. Kemudian ditanya oleh Allah subhanahu wa ta'ala "Apa yang kamu lakukan terhadap kenikmatan ini?" Dia berkata: "Aku gunakan untuk berperang di jalan-Mu sampai aku mati syahid." Allah berkata kepadanya: "Kamu dusta. Akan tetapi kamu berperang supaya kamu dikatakan pemberani dan manusia sudah mengatakan engkau adalah pemberani." Kemudian didatangkan orang yang mempelajari ilmu dan mengajarkannya dan juga membaca Al-Qur'an akan tetapi melakukan itu semua karena riya'. Kemudian diperlihatkan kenikmatan yang Allah berikan kepadanya maka dia pun mengenalnya. Kemudian Allah bertanya: "Apa yang kamu lakukan terhadap kenikmatan ini?" Dia berkata: "Aku mempelajari ilmu dan mengajarkannya dan aku membaca Al-Qur'an karenamu." Allah berkata: "Kamu dusta, kamu mempelajari ilmu, mengajarkannya supaya dikatakan 'alim dan membaca Al-Qur'an supaya dikatakan qari, dan manusia sudah mengatakan demikian." Kemudian didatangkan orang yang Allah luaskan hartanya dan telah diberikan berbagai macam harta benda, maka Allah memperlihatkan kenikmatan yang telah Allah berikan kepadanya, maka dia pun mengenalnya. Kemudian Allah bertanya: "Apa yang kamu lakukan terhadap kenikmatan ini?" Dia pun menjawab: "Tidaklah aku tinggalkan satu jalan yang engkau cinta aku berinfaq di dalamnya kecuali akan berinfaq di dalamnya." Allah berkata: "Kamu dusta, akan tetapi engkau melakukannya supaya dikatakan demawan, dan sungguh manusia telah mengatakan demikian." (Hadist ini shahih riwayat Muslim)

Amal ibadah yang pertama kali akan dihisab adalah sholat lima waktu, apakah seorang hamba menyempurnakan sholatnya atau tidak. Jika sempurna maka akan ditulis sempurna. Dan apabila kurang maka Allah subhanahu wa ta'ala akan memerintahkan malaikat untuk melihat sholat-sholat sunnahnya. Apabila dia memiliki shlat-shalat sunnah makan akan digunakan untuk menambal kekurangan yang dilakukan ketika sholat fardhu. (Hadist shahih riwayat Abu Daud dan Ibnu Majah)

Adapun hal yang pertama yang yang berkaitan dengan hak antar manusia yang akan dihisab adalah tentang darah. Rasulullah ﷺ bersabda:

أَوَّلُ مَا يُقْضَى بَيْنَ النَّاسِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فِي الدِّمَاءِ

"Hal yang pertama kali dihisab yang berkaitan dengan hak antar manusia adalah tentang darah." --(HR. Muslim No. 1678)

Minggu, 12 Juli 2020

Halaqoh 46 Silsilah Ilmiyah Beriman Kepada Hari Akhir: Keadaan Manusia Ketika Hisab

Keadaan Manusia Ketika Hisab

Ada di antara manusia yang kelak akan sulit hisabnya, ada yang mudah, dan ada di antara mereka yang sama sekali tidak dihisab. Orang-orang kafir menurut pendapat yang lebih kuat, meskipun amalan mereka adalah amalan yang sia-sia, namun mereka akan dihisab dan ditanya oleh Allah subhanahu wa ta'ala, sebagai celaan kepada mereka dan untuk menunjukkan keadilan Allah, serta menegakkan hujjah atas mereka. Hisab orang-orang kafir akan sangat teliti. Rasulullah ﷺ bersabda:

وَمَنْ نُوقِشَ الْحِسَابَ هَلَكَ

"Barang siapa yang diperiksa dengan teliti hisabnya maka akan binasa." --(HR. Bukhori dan Muslim)

Adapun orang-orang yang beriman maka mereka akan dihisab dengan hisab yang mudah. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:

فَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِينِهِ فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِسَابًا يَسِيرًا

"Adapun orang yang diberi kitab dengan tangan kanannya akan dihisab dengan hisab yang mudah." --(Al-Insyiqaq : 7-8)

Dan yang dimaksud dengan hisab yang mudah disebutkan oleh Rasulullah ﷺ di dalam sebuah hadist yang artinya:

"Sesungguhnya Allah akan mendekatkan seorang mukmin kemudian menutupinya, kemudian Allah berkata kepadanya 'Apakah kamu mengetahui dosa ini? Apakah kamu mengetahui dosa ini..?' Maka orang mukmin tersebut akan berkata 'iya, wahai Rabb-ku'. Sehingga ketika Allah subhanahu wa ta'ala sudah membuatnya mengakui dosa-dosanya dan hamba tersebut melihat bahwa dirinya akan binasa, yaitu karena dosa-dosa tersebut, maka Allah subhanahu wa ta'ala akan berkata: 'Aku telah menutupi dosa-dosamu ini di dunia dan aku mengampuninya untukmu hari ini.'. Maka diapun diberikan kitab kebaikan-kebaikannya." --(HR. Bukhori dan Muslim)

Rasulullah ﷺ mengabarkan bahwasanya ada tujuh puluh ribu (70.000) orang dari umatnya yang kelak tidak dihisab sama sekali. Beliau ﷺ menyebutkan bahwasanya mereka adalah orang-orang yang tidak pernah minta diobati dengan besi panas, tidak minta diruqiyah oleh orang lain, tidak bertathoyyur (yaitu, menganggap sial dengan melihat burung atau yang semisalnya, dan mereka hanya bertawakkal kepada Allah) di antara mereka ada sahabat Ukasyah ibnu Mihshan.

Halaqoh 45 Silsilah Ilmiyah Beriman Kepada Hari Akhir: Pertanyaan Ketika Hisab Bagian 02 dari 02

Pertanyaan Ketika Hisab Bagian 02 dari 02

Di antara hal yang akan ditanyakan oleh allah subhanahu wa ta'ala ketika hisab adalah pendengan, penglihatan dan hati kita. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:

وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا

"Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya." --(Al-Isro' : 36)

Dengan demikian hendaklah seorang muslim menjaga pendengan, penglihatan dan hatinya dari apa yang Allah haramkan.

Di antara yang akan ditanyakan adalah perjanjian. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:

وَأَوْفُوا بِالْعَهْدِ ۖ إِنَّ الْعَهْدَ كَانَ مَسْئُولًا

"dan penuhilah perjanjian; sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya." --(Al-Isra' : 34)

Dan perjanjian di sini mencakup perjanjian seorang hamba kepada Allah maupun kepada makhluk. Seorang muslim dituntut untuk menyempurnakan janjinya.

Di antara hal yang akan ditanyakan adalah tentang amanat yang telah Allah berikan kepada kita. Rasulullah ﷺ bersabda yang artinya:

"Setiap kalian adalah penjaga amanat dan setiap kalian akan ditanya tentang amanat tersebut. Seorang imam (pemimpin negara) adalah penjaga amanat dan dia akan ditanya tentang amanat tersebut, seorang bapak adalah penjaga amanat di dalam keluarganya dan dia akan ditanya tentang amanat tersebut, seorang ibu adalah penjaga amanat di dalam rumah suaminya dan dia akan ditanya tentang apa yang dia jaga, dan Seorang pembantu adalah penjaga amanat harta majikannya dan dia akan ditanya tentang amanat tersebut." --(HR. Bukhori dan Muslim)

Seorang pemimpin mendapat amanat dari Allah untuk menegakkan hukum-hukum Allah atas rakyatnya dan berbuat adil. Seorang bapak mendapat amanat untuk memimpin keluarga dan membawa mereka kepada kebaikan serta memberikan hak-hak mereka. Seorang ibu mendapat amanat untuk mengurus rumah tangga, mengurus anak, menasihati suami dan lain-lain. Seorang pembantu mendapatkan amanat untuk menjaga harta majikannya dan melaksanakan pekerjaan sebagai seorang pembantu. Masing-masing kita hendaknya melaksanakan amanat dan kewajiban sebaik-baiknya, apapun peran kita, sesuai dengan yang Allah perintahkan, baik kita sebagai seorang pemimpin maupun yang dipimpin, baik sebagai juru dakwah maupun yang didakwahi, baik sebagai seorang suami maupun sebagai istri, baik sebagai seorang ayah atau ibu maupun anak, baik sebagai seorang guru maupun murid, dan lain-lain, masing-masing hendaknya melaksanakan amanat dan kewajiban dengan sebaik-baiknya.

Halaqoh 44 Silsilah Ilmiyah Beriman Kepada Hari Akhir: Pertanyaan Ketika Hisab Bagian 01 dari 02

Pertanyaan Ketika Hisab Bagian 01 dari 02

Ketika hisab Allah subhanahu wa ta'ala akan berbicara dengan para hamba dengan cara yang sesuai dengan keagungan Allah. Allah akan bertanya tentang apa yang sudah mereka lakukan di dunia. Rasulullah ﷺ bersabda yang artinya:

"Tidaklah di antara kalian kecuali Rabb-nya akan berbicara kepadanya, tidak ada antara dia dengan Allah penerjemah. Dia akan melihat sebelah kanannya maka dia tidak melihat kecuali amalan yang sudah dia lakukan, dan akan melihat kirinya maka dia tidak melihat kecuali amalan yang sudah dia lakukan, dan melihat depannya maka dia tidak melihat kecuali neraka berada di depannya. Maka jagalah diri kalian dari neraka meskipun dengan separuh buah kurma." --(HR. Bukhori dan Muslim)

Adapun hadits yang berisi bahwasanya ada tiga golongan yang Allah subhanahu wa ta'ala tidak akan berbicara dengan mereka pada hari kiamat: orang yang mengungkit-ungkit pemberian, orang yang menjual barang dengan sumpah palsu, dan orang yang musbil (yaitu memanjangkan pakaian di bawah mata kaki bagi laki-laki). --(HR. Muslim), maka yang dimaksud dengan hadist ini, seperti yang dikatakan oleh sebagian ulama, bahwasanya Allah subhanahu wa ta'ala tidak akan berbicara kepada mereka dalam keadaan ridho, melainkan Allah akan berbicara kepada mereka dalam keadaan marah.

Di antara hal yang ditanyakan di hari kiamat, yang pertama adalah tentang tauhid kita kepada Allah subhanahu wa ta'ala. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:

فَلَنَسْأَلَنَّ الَّذِينَ أُرْسِلَ إِلَيْهِمْ وَلَنَسْأَلَنَّ الْمُرْسَلِينَ

"Maka sungguh Kami akan tanya umat yang telah diutus kepada mereka para rasul. Dan sungguh kami akan tanya para rasul." --(Al-A'raf : 6)

Kita akan ditanya bagaimana kita menjawab ajakan rasul, dan ajakan rasul yang paling besar adalah tauhid.

Di antara hal yang akan ditanyakan pada hari kiamat adalah kenikmatan yang Allah berikan kepada kita di dunia. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:

ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيمِ

"kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan." --(At-Takatsur : 8)

Di antara kenikmatan tersebut adalah kenikmatan makanan dan minuman bagaimanapun sederhananya di pandangan manusia. Rasulullah ﷺ bersabda yang artinya:

"Sesungguhnya pertanyaan pertama yang akan ditanyakan kepada seorang hamba pada hari kiamat tentang kenikmatan adalah akan dikatakan kepadanya bukankah Kami telah menyehatkan badanmu dan memberimu air yang dingin." --(Hadist shohih riwayat Tirmidzi)

Di dalam hadist yang lain Rasulullah ﷺ bersabda yang artinya:

"Tidak akan bergerak kedua kaki seorang hamba pada hari kiamat sampai ditanya tentang umurnya untuk apa dia gunakan, dan ditanya tentang ilmunya, apa yang telah dia amalkan, dan ditanya tentang hartanya darimana dia dapatkan dan dalam perkara apa dia gunakan, dan akan ditanya tentang anggota badannya untuk apa dia gunakan." --(Hadist shohih riwayat Tirmidzi)

Orang yang mensyukuri nikmat tersebut dialah yang akan selamat, mensyukuri dengan hati, lisan maupun perbuatan. Hatinya mengakui kenikmatan tersebut bahwasanya itu adalah dari Allah, lisannya bersyukur dan memuji allah subhanahu wa ta'ala, dan dia mempergunakan kenikmatann tersebut di dalam hal yang diperbolehkan oleh Allah subhanahu wa ta'ala.

Rabu, 08 Juli 2020

Halaqoh 43 Silsilah Ilmiyah Beriman Kepada Hari Akhir: Memperbanyak Al-Hasanah (Kebaikan) dan Menghilangkan As-Sayyi'ah (Dosa) Bagian 03 dari 03

Memperbanyak Al-Hasanah (Kebaikan) dan Menghilangkan As-Sayyi'ah (Dosa) Bagian 02 dari 03

Di antara cara untuk memperbanyak kebaikan dan menghilangkan as-sayyi'ah, yang kedelapan adalah bersabar atas mushibah dan ujian. Rasulullah ﷺ bersabda:

مَا يَزَالُ الْبَلَاءُ بِالْمُؤْمِنِ وَالْمُؤْمِنَةِ فِي نَفْسِهِ وَوَلَدِهِ وَمَالِهِ حَتَّى يَلْقَى اللَّهَ وَمَا عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ

"Senantiasa ujian menimpa seorang mukmin dan mukminah di dalam dirinya, anaknya, dan juga hartanya sampai dia bertemu Allah subhanahu wa ta'ala dan dia tidak memiliki dosa." --(Hadist shohih riwayat Tirmidzi No. 2399)

Di dalam hadist yang lain beliau ﷺ mengatakan yang artinya:

"Ketika orang-orang yang terkena mushibah di dunia mendapatkan pahala pada Hari Kiamat maka ahlul 'afiyah (yaitu orang-orang yang tidak banyak terkena mushibah) berkeinginan seandainya kulit-kulit mereka digunting di gunting di dunia." (Hadist hasan riwayat Tirmidzi)

Yang demikian karena mereka melihat besarnya pahala orang-orang yang bersabar, sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta'ala:

إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ

"Sesungguhnya akan disempurnakan pahala orang-orang yang bersabar tanpa batas." --(Az-Zumar : 10)

Yang kesembilan adalah beramal shalih secara umum berdasarkan dalil-dalil yang shohih, seperti membaca Al-Qur'an, berpuasa, dan lain-lain. Rasulullah ﷺ bersabda yang artinya:

"Barangsiapa membaca satu huruf dari kitabullah (yaitu Al-Qur'an) maka setiap huruf dia akan mendapatkan satu hasanah, dan satu hasanah akan dilipatgandakan menjadi sepuluh hasanah." (HR. Tirmidzi)

Di dalam sebuah hadist disebutkan bahwasanya setiap amalan anak Adam satu hasanah akan dilipatgandakan menjadi sepuluh sampai tujuh ratus hasanah, kecuali puasa karena sesungguhnya puasa adalah untuk Allah subhanahu wa ta'ala, dan dialah yang akan membalasnya. (HR. Bukhori dan Muslim)

Mintalah senantiasa kepada Allah pertolongan di dalam beramal. Beramallah sebaik mungkin dan mohonlah kepada Allah supaya diterima. Dan ketahuilah bahwasanya amal kita hanyalah sebab dan bukan pengganti kenikmatan surga dan keselamatan dari neraka. Seandainya seseorang beramal semaksimal mungkin, sebaik-baiknya, selama hidupnya niscaya tidak cukup untuk membalas kenikmatan Allah di dunia, maka bagaimana dengan kenikmatan akhirat? Rahmat (kasih sayang) dan anugerah Allahlah yang kita lebih harapkan. Rasulullah ﷺ bersabda yang artinya:

"Amalan seseorang tidaklah memasukkan dia ke dalam surga."

Para sahabat berkata: "Tidak juga engka ya Rasulullah.?" Beliau ﷺ menjawab:

"Tidak juga saya, kecuali Allah subhanahu wa ta'ala melimpahkan kepadaku anugerah dan rahmat-Nya." --(HR. Bukhori dan Muslim)

Selasa, 07 Juli 2020

Halaqoh 42 Silsilah Ilmiyah Beriman Kepada Hari Akhir: Memperbanyak Al-Hasanah (Kebaikan) dan Menghilangkan As-Sayyi'ah (Dosa) Bagian 02 dari 03

Memperbanyak Al-Hasanah (Kebaikan) dan Menghilangkan As-Sayyi'ah (Dosa) Bagian 02 dari 03

Di antara cara memperbanyak al-hasanah (kebaikan) dan menghilangkan as-sayyi'ah (dosa), yang ketiga adalah memanfaatkan kenikmatan Allah yang telah diberikan kepada kita semaksimal mungkin, seperti kenikmatan ilmu agama, kesehatan, waktu luang, harta benda, anggota badan yang lengkap dan sehat, jabatan, kenikmatan teknologi, kecerdasan, kenikmatan berbicara dan lain-lain, menggunakan kenikamatan tersebut di jalan Allah subhanahu wa ta'ala dengan niat yang benar yaitu untuk mencari pahala Allah subhanahu wa ta'ala. Rasulullah ﷺ bersabda yang artinya:

"Dua nikmat yang banyak manusia rugi di dalamnya adalah kesehatan dan waktu luang." (HR. Bukhori)

Dalam hadist yang lain beliau ﷺ bersabda yang artinya:

"Sesungguhnya orang-orang kaya adalah orang-orang yang sedikit hasanahnya pada hari kiamat kecuali orang-orang yang Allah berikan kekayaan kemudian bershodaqoh kepada yang ada di kanannya, di kirinya, depan dan belakangnya, dan beramal dengan kekayaan tersebut dengan amalan yang baik." (HR. Bukhori dan Muslim)

Yang keempat, di antara cara memperbanyak al-hasanah adalah dengan memperbaiki amalan supaya diterima di sisi Allah subhanahu wa ta'ala karena amal bisa menjadi hasanah bagi seseorang bila diterima di sisi Allah dan syarat diterimanya amalan ada dua: (1) ikhlash dan (2) sesuai dengan sunnah Rasulullah ﷺ.

Yang kelima adalah bertaubat dari dosa yang diiringi dengan iman dan amal sholeh. Barangsiapa yang melakukan yang demikian itu maka dosanya akan diganti dengan hasanah. Allah subhanahu wa ta'ala menyebutkan bahwasanya orang yang menyekutukan Allah subhanahu wa ta'ala, membunuh jiwa tanpa haq, dan zina maka mereka akan mendapatkan adzab yang pedih di hari kiamat kecuali apabila dia bertaubat, beriman dan mengerjakan amal sholeh, maka Allah subhanahu wa ta'ala akan mengganti dosa-dosa mereka menjadi sebuah kebaikan. (Al-Furqan 68-70)

Yang keenam memperbanyak istighfar setiap melakukan dosa atau kurang bersyukur atas nikmat atau kurang melakukan kewajiban, atau lalai dari mengingat Allah subhanahu wa ta'ala. Rasulullah ﷺ bersabda:

طُوبَى لِمَنْ وَجَدَ فِي صَحِيفَتِهِ اسْتِغْفَارًا كَثِيرًا

"Thuba bagi orang yang mendapatkan di dalam kitabnya istighfar yang banyak." (Hadist shohih riwayat Ibnu Majah No. 3818)

"Thubaa" ada yang mengatakan bahwa maknanya adalah surga, dan ada yang mengatakan bahwa maknanya adalah nama pohon di surga.

Yang ketujuh tidak melakukan amalan yang mengurangi pahalanya. Rasulullah ﷺ bersabda yang artinya:

"Aku mengetahui sebagian umatku yang akan datang pada hari kiamat dengan membawa hasanah sebesar gunung-gunung tihamah, maka Allah menjadikan hasanah tersebut seperti debu yang beterbangan." Maka salah seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah ﷺ tentang sifat mereka, maka Rasulullah ﷺ mengabarkan bahwasanya mereka adalah saudara-saudara kita sholat malam sebagaimana kita sholat malam, akan tetapi mereka apabila dalam keadaan sendiri dengan sesuatu yang diharamkan merekapun melanggarnya. (hadist shohih riwayat Ibnu Majah).

Senin, 06 Juli 2020

Halaqoh 41 Silsilah Ilmiyah Beriman Kepada Hari Akhir: Memperbanyak Al-Hasanah (Kebaikan) dan Menghilangkan As-Sayyi'ah (Dosa) Bagian 01 dari 03

Memperbanyak Al-Hasanah (Kebaikan) dan Menghilangkan As-Sayyi'ah (Dosa) Bagian 01 dari 03

Seorang yang beriman kepada Hari Akhir dan beriman bahwasanya kelak akan dihisab maka hendaklah dia memohon rahmat dari Allah subhanahu wa ta'ala kemudian mengambil sebab supaya memiliki al-hasanah sebanyak mungkin dan menghilangkan dosa sebisa mungkin.

Di antara caranya, yang pertama adalah menjaga tauhid yang merupakan hasanah (kebaikan) yang paling besar, dan merupakan pondasi bagi hasanah yang lain, dan merupakan sebab diampuninya dosa seseorang.

Yang kedua adalah mencari amalan yang paling afdhol yang apabila dilakukan maka dia akan mendapatkan hasanah yang banyak. Yang demikian karena kita sangat butuh dengan hasanah yang banyak sementara waktu untuk mendapatkannya adalah sangat terbatas. Amalan yang paling afdhol setalah rukun Islam dan kewajiban-kewajiban agama yang lain ada tiga amalan, yaitu menuntut ilmu agama, jihad fi sabilillah, dan dzikrullah yang dilakukan dengan khusyu' di sebagian besar waktunya.

Amalan yang wajib lebih afdhol dan lebih besar pahalanya daripada amalan yang sunnah. Amalan yang wajib 'ain, yaitu yang wajib atas semuanya lebih afdhol ddaripada amalan yang wajib khifayah, yang apabila dilakukan oleh sebagian maka gugur atas yang lain. Kewajiban yang berkaitan dengan hak Allah lebih afdhol daripada kewajiban yang berkaitan dengan hak makhluq. Amalan yang lebih afdhol adalah amalan yang dilakukan dengan lebih ikhlash dan lebih mengikuti sunnah rasulullah ﷺ. Amalan yang sedikit dan mudah dikerjakan tanpa memberatkan diri yang dilakukan secara terus-menurus lebih afdhol daripada amalan yang banyak tapi terputus. Rasulullah ﷺ bersabda yang artinya:

"Amalan yang paling dicintai Allah subhanahu wa ta'ala adalah yang paling dilakukan terus-menerus meskipun sedikit." --(HR. Bukhori dan Muslim)

Terkadang sebuah amalan afdhol bagi sebagian tetapi belum tentu afdhol bagi yang lain. Amalan yang manfaatnya sampai kepada orang lain, lebih afdhol daripada amalan yang manfaatnya hanya untuk dirinya sendiri, contohnya seperti shadaqah dan dakwah fi sabilillah. Rasulullah ﷺ bersabda yang artinya:

"Barang siapa yang mengajak kepada petunjuk maka dia mendapatkan pahala orang yang mengikutinya tidak dikurangi dari pahala mereka sedikitpun." --(HR. Muslim)

Amalan yang dilakukan di waktu yang mulia lebih afdhol seperti amalan yang dikerjan di bulan romadhon dan amalan yang dikerjakan di sepuluh hari pertama di bulan dzulhijjah. Sebagian amalan lebih afdhol dikerjakan di tempat mulia tertentu, seperti sholat di mesjid Harom, Mesjid Nabawi, dan Masjid Al-Aqsha.