Senin, 23 September 2019

Halaqoh-16 Silsilah Ilmiyah Belajar Tauhid: Perdukunan

Perdukunan

Dukun orang yang mengaku mengetahui sesuatu yang ghoib yang tidak diketahui oleh kebanyakan manusia, seperti mengetahui barang yang hilang dan pencurinya, mengetahui ramalan nasib dan lain-lain. Dia mengaku mengetahui hal-hal tersebut dengan cara-cara tertentu seperti dengan melihat bintang menggaris di tanah, melihat air di mangkok dan lain-lain. Dengan cara ini para dukun memakan harta manusia.

Ketahuilah bahwa perdukungan dengan namanya yang bermacam-macam adalah perkara yang diharamkan di dalam agama Islam. Ilmu ghoib yang mereka akui pada hakikatnya adalah kabar dari jin yang mereka mintai bantuan. Sedangkan cara-cara tersebut hanyalah untuk menutupi kedoknya sebagai seorang yang meminta bantuan jin dan juga setan.

Kita sudah mengetahui bersama, bahwa iblis sudah berjanji akan menyesatkan manusia dan menyeret mereka bersamanya ke dalam neraka. Iblis dan keturunannya tidak akan membantu dukun kecuali apabila dukun tersebut kafir kepada Allah subhanahu wa ta'ala. Oleh karena itu para ulama menghukumi dukun sebagai orang yang kafir dengan sebab ini. Adapun harta yang dia dapatkan dari pekerjaan ini adalah harta yang haram.

Berkaitan dengan ramalan yang kadang benar, maka sebagaimana yang dikabarkan oleh Nabi ﷺ, di dalam sebuah hadist yang shohih bahwa para jin bekerja sama untuk mencuri kabar dari langit. Apabila mendengar sesuatu maka jin yang di atas akan mengabarkan kepada yang di bawahnya dan seterusnya sehingga sampai ke telinga dukun. Terkadang jin itu terkena lemparan bintang sebelum nyampaikan kabar yang ia dengar, dan terkadang sempat menyampaikan sebelum akhirnya terkena lemparan bintang. Kabar yang sedikit sampai ini akan ditambah-tambahi oleh dukun tersebut dengan kedustaan yang banyak. Apa yang benar terjadi sesuai dengan yang dia kabarkan akan dijadikan alat mencari pembenaran dan kepercayaan dari manusia.

Orang Islam dilarang sekali-kali datang ke dukun dengan maksud meminta bantuan kepada dukun tersebut bagaimanapun susahnya keadaannya. Rasulullah ﷺ bersabda:

مَنْ أَتَى كَاهِنًا فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُولُ فَقَدْ بَرِئَ مِمَّا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ

Artinya: "Barangsiapa mendatangi seorang dukun kemudian membenarkan apa yang dia katakan, maka dia telah berlepas diri dari apa yang telah diturunkan kepada Muhammad." --(HR. Abu Daud No. 3904 dan Tirmidzi No. 135 dan Ibnu Majah No. 639)

Di dalam hadist lain, Beliau ﷺ bersabda:

مَنْ أَتَى عَرَّافًا فَسَأَلَهُ عَنْ شَيْءٍ لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلَاةٌ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً

Artinya: "Barangsiapa mendatangi tukang ramal lalu dia bertanya kepadanya tentang suatu hal, maka shalatnya tidak akan diterima selama empat puluh malam." --(HR. Muslim No. 2230)

Meskipun sebagian ulama berpendapat bahwa mendatangi dukun tidak sampai mengeluarkan seseorang dari Islam, namun dua hadits di atas cukup menunjukkan besarnya dosa orang yang mendatangi dukun.

Sabtu, 21 September 2019

Halaqoh-15 Silsilah Ilmiyah Belajar Tauhid: Sihir

Sihir

Sihir bermacam-macam jenisnya. Sihir yang merupakan kesyirikan yang terjadi dengan meminta pertolongan kepada setan. Padahal setan tidak akan menolong seseorang kecuali setelah melakukan perkara yang dia ridhoi, yaitu kufur kepada Allah subhanahu wa ta'ala, dengan menyerahkan sebagian ibadah kepada setan tersebut, atau dengan menghina Al-Qur'an atau dengan mencela agama dan sebagainya. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:

وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ وَلَٰكِنَّ الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ

Artinya: "Dan bukanlah Sulaiman itu kafir, hanya syaitan-syaitan lah yang kafir. Mereka mengajarkan sihir kepada manusia." --(Al-Baqoroh : 102)

Rasulullah ﷺ bersabda:

اجْتَنِبُوا السَّبْعَ الْمُوبِقَاتِ

Artinya: "Jauhilah oleh kalian tujuh perkara yang membinasakan!"

Kemudian ditanyakan kepada Beliau: "Wahai Rasulullah, apakah perkara-perkara itu?" Beliau bersabda:

الشِّرْكُ بِاللَّهِ وَالسِّحْرُ وَقَتْلُ النَّفْسِ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ وَأَكْلُ الرِّبَا وَأَكْلُ مَالِ الْيَتِيمِ وَالتَّوَلِّي يَوْمَ الزَّحْفِ وَقَذْفُ الْمُحْصَنَاتِ الْغَافِلَاتِ الْمُؤْمِنَاتِ

Artinya: "Mensekutukan Allah, sihir, membunuh jiwa yang Allah haramkan kecuali dengan haq, memakan riba, memakan harta anak yatim, lari dari peperangan, menuduh seorang wanita mukmin yang suci dan baik berbuat zina." --(HR. Bukhori No. 2766, Muslim No. 89 dan Abu Daud No. 2874, 2875)

Hukuman bagi bagi seorang tukang sihir jenis ini adalah hukuman mati bila dia tidak bertaubat sebagai telah dicontohkan oleh sahabat nabi. Adapun yang berhak menjalankan hukuman tersebut adalah pemerintah yang sah, bukan individu-indovidu.

Mempelajari sihir termasuk perkara yang diharamkan bahkan sebagian ulama menghukumi pelakunya keluar dari Islam. Demikian pula meminta supaya disihirkan juga perbuatan haram karena Rasulullah ﷺ mengabarkan bahwa bukan termasuk pengikut beliau yang menyihir dan minta disihirkan sebagaimana dalam sebuah riwayat yang diriwayatkan oleh Al-Bazzar di dalam musnadnya dan dishohihkan oleh Syaikh Al-Albani. Seorang muslim hendaknya mengambil sebab untuk membentengi diri dari sihir di antaranya dengan menjaga dzikir-dzikir yang disyariatkan seperti dzikir pagi dan petang, dzikir setelah shalat, dzikir akan tidur, mau makan, masuk rumah, keluar rumah, masuk kamar kecil dan lain-lain. Selain itu juga membersihkan diri dan rumah dari perkara-perkara yang membuat ridho setan seperti jimat-jimat, musik, gambar-gambar makhluk bernyawa dan lain-lain. Apabila qodarullah terkena sihir maka hendaknya bersabar, merendahkan diri kepada Allah subhanahi wa ta'ala, memohon kesembuhan kepada-Nya dan berpegang kepada ruqyah-ruqyah yang disyariatkan serta jangan sekali-kali berusaha menghilangkan sihir dengan meminta bantuan jin baik secara langsung maupun melalui dukun ataupun yang semisal dengannya.

Jumat, 20 September 2019

Halaqoh-14 Silsilah Ilmiyah Belajar Tauhid: Berlebihan terhadap Orang Sholih Pintu Kesyirikan

Berlebihan terhadap Orang Sholih Pintu Kesyirikan

Orang sholih adalah orang yang baik karena mengikuti syariat Allah subhanahu wa ta'ala baik di dalam hal aqidah, ibadah, maupun muamalah. Mereka memiliki derajat yang berbeda-beda di sisi Allah ﷻ. Sebagai seorang muslim kita diperintahkan untuk mencintai mereka, kita juga diperintahkan untuk mengikuti jejak mereka di dalam kebaikan. Berteman dan bermajelis dengan mereka adalah sebuah keburuntungan. Membaca perjalanan hidup mereka bisa menambah keimanan dan meneguhkan hati. Menghormati mereka adalah diperintahkan selama masih di dalam batas-batas yang diizinkan agama.

Namun berlebih-lebihan terhadap orang sholih, seperti mendudukan mereka di atas kedudukannya sebagai manusia atau menyifati mereka dengan sifat-sifat yang tidak pantas kecuali untuk Allah subhanahu wa ta'ala maka ini hukumnya haram dan tidak diperbolehkan menurut agama. Karena hal ini dapat menjadi pintu terjadinya kesyirikan dan penyerahan sebagian ibadah kepada selain Allah subhanahu wa ta'ala.

Mencintai Rasulullah ﷺ melebihi cinta kita kepada kedua orang tua, anak dan semua manusia adalah sebuah kewajiban agama sebagaimana disebutkan di dalam sebuah hadits:

لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ

Artinya: "Tidaklah beriman seorang dari kalian hingga aku lebih dicintainya daripada orang tuanya, anaknya dan dari manusia seluruhnya" --(HR. Bukhori No. 15 dan Muslim No. 44)

Namun belau ﷺ melarang kita berlebih-lebihan terhadap beliau ﷺ dengan mendudukkan beliau di atas kedudukan beliau yang sebenarnya, sebagai hamba Allah dan sebagai rasul-Nya. Beliau ﷺ bersabda:

لَا تُطْرُونِي كَمَا أَطْرَتْ النَّصَارَى ابْنَ مَرْيَمَ فَإِنَّمَا أَنَا عَبْدُهُ فَقُولُوا عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ

Artinya: "Janganlah kalian berlebih-lebihan terhadapku sebagaimana kaum Nasroni berlebih-lebihan terhadap 'Isa ibn Maryam. Aku hanyalah hamba-Nya, maka katakanlah 'hamba dan rasul-Nya'!" --(HR. Bukhori No. 3445)

Beliau adalah seorang hamba, maka tidak boleh disembah dan beliau adalah seorang rasul maka tidak boleh dicela dan diselisihi. Apabila berlebih-lebihan terhadap sebaik-baik manusia saja, yaitu rasulullah ﷺ tidak diperbolehkan, maka bagaimana dengan yang lain?

Di antara bentuk ghuluw (berlebih-lebihan) terhadap orang-orang sholih adalah meyakini bahwa mereka mengetahui ilmu ghoib atau membangun di atas kuburan mereka atau beribadah kepada Allah subhanahu wa ta'ala di samping kuburan mereka dan lain-lain. Dan yang paling parah adalah menyerahkan sebagian ibadah kepada mereka.

Halaqoh-13 Silsilah Ilmiyah Belajar Tauhid: Syafa'at

Syafa'at

Syafa'at adalah meminta kebaikan bagi orang lain di dunia atau di akhirat. Allah subhanahu wa ta'ala dan rasulnya telah mengabarkan kepada kita tentang adanya syafa'at pada hari kiamat. Di antara bentuknya bahwasanya Allah subhanahu wa ta'ala mengampuni seorang muslim dengan perantara doa orang yang telah Allah izinkan untuk memberikan syafa'at.

Syafa'at akhirat harus kita imani dan kita harus berusaha untuk meraihnya. Adapun modal utama untuk mendapatkan syafa'at akhirat adalah bertauhid dan bersihnya seseorang dari kesyirikan. Rasulullah ﷺ bersabda ketika beliau mengabarkan bahwa beliau memiliki syafa'at pada hari kiamat:

لِكُلِّ نَبِيٍّ دَعْوَةٌ مُسْتَجَابَةٌ فَتَعَجَّلَ كُلُّ نَبِيٍّ دَعْوَتَهُ وَإِنِّي اخْتَبَأْتُ دَعْوَتِي شَفَاعَةً لِأُمَّتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَهِيَ نَائِلَةٌ إِنْ شَاءَ اللَّهُ مَنْ مَاتَ مِنْ أُمَّتِي لَا يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا

Artinya: "Setiap Nabi memiliki doa yang mustajab, maka setiap nabi menyegerakan doanya, dan sesungguhnya aku menyembunyikan doaku sebagai syafa'at bagi umatku pada hari kiamat. Dan insya Allah syafa'atku akan mencakup orang yang mati dari kalangan umatku yang tidak mensyirikkan Allah dengan sesuatu apa pun." --(HR. Muslim No. 199)

Merekalah orang-orang yang diridhoi karena ketauhidan yang mereka miliki. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:

وَلَا يَشْفَعُونَ إِلَّا لِمَنِ ارْتَضَىٰ وَهُمْ مِنْ خَشْيَتِهِ مُشْفِقُونَ

Artinya: "dan mereka tiada memberi syafa'at melainkan kepada orang yang diridhai Allah, dan mereka itu selalu berhati-hati karena takut kepada-Nya." --(Al-Anbiya' : 28)

"mereka" di dalam ayat di atas adalah para malaikat, para nabi dan orang shalih dan yang lainnya tidak memberikan syafa'at kecuali bagi orang-orang yang diridhoi.

Syafa'at di akhirat ini berbeda dengan syafa'at di dunia karena seseorang pada hari kiamat tidak bisa memberi syafa'at bagi orang lain kecuali setelah diizinkan Allah subhanahu wa ta'ala, meskipun dia seorang nabi atau malaikat sekalipun, sebagaimana firman Allah:

مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ

Artinya: "Tidaklah ada yang memberikan syafa'at di sisi Allah kecuali dengan izin-Nya." --(Al-Baqoroh : 255)

Oleh karena itu, permintaan syafa'at hanya ditujukan kepada Allah, zat yang memiliki syafa'at itu, seperti seseorang mengatakan di dalam doanya: "Ya, Allah. Aku meminta syafa'at Nabi-Mu." Inilah cara meminta syafa'at yang diperbolehkan bukan dengan meminta langsung kepada Nabi Muhammad ﷺ, seperti mengatakan: "Ya rasulallah, berilah aku syafa'atmu" atau dengan cara memberikan sebagian ibadah kepada makhluk dengan maksud meraih syafa'atnya. Inilah cara-cara orang musyirikin di zaman dahulu. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:

وَيَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ وَيَقُولُونَ هَٰؤُلَاءِ شُفَعَاؤُنَا عِنْدَ اللَّهِ ۚ قُلْ أَتُنَبِّئُونَ اللَّهَ بِمَا لَا يَعْلَمُ فِي السَّمَاوَاتِ وَلَا فِي الْأَرْضِ ۚ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىٰ عَمَّا يُشْرِكُونَ

Artinya: "Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka berkata: "Mereka itu adalah pemberi syafa'at kepada kami di sisi Allah". Katakanlah: "Apakah kamu mengabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya baik di langit dan tidak (pula) dibumi?" Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka mempersekutukan (itu)." --(Yunus : 18)

Halaqoh-12 Silsilah Ilmiyah Belajar Tauhid: Berdoa kepada Selain Allah termasuk Syirik Besar

Berdoa kepada Selain Allah Termasuk Syirik Besar

Berdoa kepada Allah adalah seseorang menghadap Allah subhanahu wa ta'ala dengan maksud supaya Allah mewujudkan keinginannya baik dengan meminta atau dengan merendahkan diri berharap dan takut kepada Allah subhanahu wa ta'ala. Berdoa dengan makna di atas adalah ibadah. Telah berkata An-Nu'man bin Basyir rodhiyallahu 'anhu: "Aku mendengar Nabi ﷺ bersabda:

لدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ ثُمَّ قَرَأَ { وَقَالَ رَبُّكُمْ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ }

Artinya: "'Doa itu adalah ibadah'. Kemudian Beliau membaca: 'Berdoalaj kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari mengibadahiku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina.' (Ghofir : 60)" --(HR. Tirmidzi No. 3372 dan Abu Daud No. 1479 dan Ahmad No. 17709/17629/17660)

Makna "mengibadahiku" di dalam ayat ini adalah "berdoa kepada-Ku". Apabila doa adalah ibadah yang merupakan hak Allah semata, maka berdoa kepada selain Allah dengan merendahkan diri di hadapannya mengharap dan juga takut kepadanya sebagaimana merendahkan diri, mengharap dan takut kepada Allah maka ini termasuk syirik besar. Termasuk jenis doa adalah istighotsah (meminta dilepaskan dari kesusahan), isti'azdah (meminta perlindungan), dan isti'anah (meminta pertolongan). Apabila di dalamnya ada perendahan diri, pengharapan dan takut maka ini adalah ibadah yang hanya boleh diserahkan kepada Allah subhanahu wa ta'ala semata.

Namun perlu diketahui bahwasanya boleh seseorang beristighotsah, beristi'adzah dan beristi'anah kepada makhluk dengan empat syarat berikut:

  1. Makhluk tersebut masih hidup.
  2. Dia berada di depan kita atau bisa mendengar ucapan kita
  3. Dia mampu sebagai makhluk untuk melakukannya.
  4. Makhluk tersebut hanya diyakini sebagai sebab sehingga tidak boleh bertawakkal kepada sebab tersebut. Akan tetapi hanya bertawakkal kepada Allah subhanahu wa ta'ala yang menciptakan sebab tersebut.

Orang yang beristighotsah, beristi'adzah dan beristi'anah kepada orang yang sudah mati, atau yang masih hidup tetapi tidak berada di hadapannya atau tidak mendengar ucapannya, atau meminta kepada makhluk perkara yang tidak mungkin bisa melakukannya kecuali Allah, maka itu termasuk syirik besar.

Kamis, 19 September 2019

Halaqoh-11 Silsilah Ilmiyah Belajar Tauhid: Ar-Ruqyah (Jampi-Jampi)

Ar-Ruqyah (Jampi-Jampi)

Ar-Ruqyah adalah bacaan yang dibacakan kepada orang yang sakit supaya sembuh. Bacaan ini diperbolehkan selama tidak ada kesyirikannya. Diriwayatkan dari Auf bin Malik rodhiyallahu 'anhu, beliau berkata: "Kami dahulu meruqyah di zaman jahiliyah, maka kami bertanya kepada Rasulullah ﷺ: "Ya rasulullah, apa pendapatmu tentang ar-ruqyah? Rasulullah ﷺ bersabda:

اعْرِضُوا عَلَيَّ رُقَاكُمْ لَا بَأْسَ بِالرُّقَى مَا لَمْ يَكُنْ فِيهِ شِرْكٌ

Artinya: "Peragakanlah manteramu itu di hadapanku. Mantera itu tidak ada salahnya selama tidak mengandung syirik." --(HR. Muslim No. 2200)

Ar-Ruqyah yang tidak ada kesyirikan adalah seperti ruqyah dari ayat-ayat Al-Qur'an, dari doa-doa yang diajarkan Nabi ﷺ dan ini lebih utama, atau dengan doa-doa yang lain yang diketahui kebenaran maknanya baik dengan bahasa arab maupun dengan selain bahasa arab. Kemudian hendaknya orang yang meruqyah ataupun yang diruqyah meyakini bahwasanya ruqyah hanyalah sebab semata tidak berpengaruh dengan sendirinya dan tidak boleh seseorang bertawakal kepada sebab tersebut. Seorang muslim mengambil sebab dan bertawakal kepada zat yang menciptakan sebab tersebut, yaitu Allah subhanahu wa ta'ala.

Ruqyah yang mengandung kesyirikan adalah jampi-jampi atau bacaan yang mengandung permohonan kepada selain Allah subhanahu wa ta'ala baik kepada jin, wali atau selainnya, yang biasanya disebutkan di situ nama-nama mereka. Tidak jarang jampi-jampi seperti ini dicampur dengan ayat-ayat Al-Qur'an atau dengan nama-nama Allah subhanahu wa ta'ala atau dengan kalimat yang berasal dari bahasa arab dengan tujuan mengelabui orang-orang jahil dan tidak tahu. Ruqyah yang mengandung kesyirikan telah dijelaskan oleh Rasulullah ﷺ dalam sabda beliau:

إِنَّ الرُّقَى وَالتَّمَائِمَ وَالتِّوَلَةَ شِرْكٌ

Sesungguhnya ruqyah (jampi-jampi), dan tamimah (jimat), dan tiwalah (pelet) adalah kesyirikan." --(HR. Abu Daud No. 3883)

Halaqoh-10 Silsilah Ilmiyah Belajar Tauhid: Termasuk Syirik Bernadzar untuk Selain Allah

Termasuk Syirik Bernadzar untuk Selain Allah

Bernadzar untuk Allah subhanahu wa ta'ala adalah seseorang mengatakan "wajib bagi saya melakukan ibadah ini dan itu untuk Allah subhanahu wa ta'ala" atau dengan mengatakan, misalnya "saya bernadzar untuk Allah bila terlaksana hajat saya." Bernadzar adalah ibadah dan sebuah bentuk pengagungan. Karenanya bernadzar tidak diperkenankan kecuali untuk Allah subhanahu wa ta'ala semata, seperti orang yang bernadzar untuk berpuasa satu hari untuk Allah bila lulus ujian, atau bernadzar untuk melakukan umroh bila sembuh dari penyakitnya dan lain-lain. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:

وَمَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ نَفَقَةٍ أَوْ نَذَرْتُمْ مِنْ نَذْرٍ فَإِنَّ اللَّهَ يَعْلَمُهُ ۗ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ

Artinya: "Dan apa yang telah kamu infaq-kan atau yang telah kamu nadzarkan dari nadzar(mu) maka sesungguhnya Allah mengetahuinya. Dan tidaklah ada bagi orang-orang yang zholim seorangpun penolong." --(Al-Baqoroh : 270)

Di dalam ayat ini Allah mengabarkan bahwa Allah subhanahu wa ta'ala mengetahui nadzar para hambanya dan akan membalas dengan balasan yang baik. Ini menunjukkan bahwa nadzar adalah ibadah yang seorang muslim akan diberikan pahala atas nadzar tersebut.

Menunaikan nadzar apabila dalam keta'atan hukumnya adalah wajib berdasarkan firman Allah:

... وَلْيُوفُوا نُذُورَهُمْ ...

Artinya: "... dan hendaklah mereka menyempurnakan nazar-nazar mereka ..." --(Al-Hajj : 29)

Juga sabda Nabi ﷺ:

مَنْ نَذَرَ أَنْ يُطِيعَ اللَّهَ فَلْيُطِعْهُ وَمَنْ نَذَرَ أَنْ يَعْصِيَهُ فَلَا يَعْصِهِ

Artinya: "Barangsiapa bernadzar untuk mena'ati Allah maka hendaklah dia mena'ati-Nya dan barangsiapa bernadzar untuk memaksiati-Nya maka janganlah memaksiati-Nya." --(HR. Bukhori No. 6696)

Bernadzar untuk selain Allah subhanahu wa ta'ala termasuk syirik besar yang mengeluarkan seseorang dari Islam, seperti seseorang yang bernadzar apabila sembuh dari penyakit maka akan menyembelih untuk wali fulan atau berpuasa untuk syaikh fulan dan lain-lain.

Halaqoh-9 Silsilah Ilmiyah Belajar Tauhid: Termasuk Syirik Besar Menyembelih untuk Selain Allah

Termasuk Syirik Besar Menyembelih untuk Selain Allah

Menyembelih termasuk ibadah yang agung di dalam agama Islam. Di dalamnya terdapat pengagungan terhadap Allah subhanahu wa ta'ala Robb semesta alam. Di antara wujud cinta terhadap Allah subhanahu wa ta'ala adalah dengan mengorbankan sebagian harta kita untuk-Nya, seperti ibadah qurban di hari raya 'Idul Adha, aqiqah dan hadyu bagi sebagian jama'ah haji. Allah subhanahu wa ta'ala telah memerintahkan kita menyerahkan ibadah mulia ini hanya untuknya semata, sebagaimana firman Allah:

فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ

Artinya: "Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah." --(Al-Kautsar : 2)

Barangsiapa yang menyerahkan ibadah menyembelih ini untuk selain Allah dalam rangka mengagungkan dan mendekatkan diri kepada selain Allah, baik kepada nabi, wali, jin, atau yang lainnya, maka dia telah terjatuh di dalam syirik besar, yang mengeluarkan seseorang dari Islam, membatalkan amalan, dan tekena ancaman laknat dari Allah subhanahu wa ta'ala. Hal ini sebagaimana sabda Nabi ﷺ:

لَعَنَ اللَّهُ مَنْ ذَبَحَ لِغَيْرِ اللَّهِ وَلَعَنَ اللَّهُ

Artinya: "Allah melaknat orang yang menyembelih untuk selain Allah..." --(HR. Muslim No. 1978)

Makna laknat adalah dijauhkan dari rahmat-Nya. Oleh karenanya, janganlah sekali-kali kita sebagai seorang muslim berqurban dan menyembelih untuk selain Allah sedikit pun, meskipun dengan seekor lalat dengan harapan mendapatkan manfaat atau terhindar dari mudhorot. Sebagai seorang muslim kita harus yakin bahwa manfaat dan mudhorot di tangan Allah subhanahu wa ta'ala semata dan hanya kepadanyalah seorang muslim bertawakal.

Halaqoh-8 Silsilah Ilmiyah Belajar Tauhid: Bertabarruk (Mencari Berkah)

Bertabarruk Mencari Berkah

Barokah adalah banyak kebaikan dan langgengnya. Allah sebuhanahu wa ta'ala adalah zat yang berbarokah, artinya adalah zat banyak kebaikannya. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:

تَبَارَكَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ

Artinya: "(Dialah) Allah yang banyak barokahnya Robb sementa alam." --(Al-A'rof : 54)

Allah jugalah zat yang memberikan keberkahan atau kebiakan kepada sebagian makhluknya sehingga makhluk tersebut menjadi makhluk yang berbarokah dan banyak kebaikannya. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:

إِنَّ أَوَّلَ بَيْتٍ وُضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِي بِبَكَّةَ مُبَارَكًا وَهُدًى لِلْعَالَمِينَ

Artinya: "Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi seluruh alam." --(Ali Imron : 96)

Ka'bah diberikan barokah oleh Allah subhanahu wa ta'ala dan cara mendapatkan barokahnya adalah dengan melakukan ibadah di sana. Allah subhanahu wata'ala juga berfirman:

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ ۚ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ

Artinya: "Sesungguhnya Kami menurunkannya (Al-Qur'an) pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan." --(Ad-Dukhon : 3)

Malam lailatul qodr adalah malam yang berbarokah. Cara mendapatkan barokah dan kebaikannya adalah dengan melakukan ibadah di malam tersebut. Seorang ulama berbarokah dengan ilmunya dan dakwahnya. Cara mendapatkan barokah dan kebaikannya adalah dengan menimba ilmunya.

Ada barokah yang sifatnya zatiyah, yaitu zatnya yang berbarokah, dimana barokah seperti ini bisa berpindah. Barokah seperti ini hanya Allah berikan kepada para nabi dan rosul. Oleh karena itu dahulu para sahabat nabi bertabarruk dengan bekas air wudhu', rambut dan keringat beliau ﷺ. Sepeninggal Beliau ﷺ, mereka tidak melakukannya terhadap Abu Bakr dan Umar, dan para sahabat mulia yang lain. Ini menunjukkan bahwa barokah ini adalah kekhususan nabi dan rosul.

Meminta barokah hanya kepada Allah subhanahu wata'ala dengan cara yang disyari'atkan. Adapun meminta barokah dari Allah subhanahu wa ta'ala dengan sebab yang tidak disyariatkan seperti mengusap dinding mesjid tertentu, mengambil tanah kuburan tertentu atau maka itu termasuk syirik kecil.

Halaqoh-7 Silsilah Ilmiyah Belajar Tauhid: Termasuk Syirik Memakai Jimat

Termasuk Syirik Memakai Jimat

Allah subhanahu wa ta'ala adalah zat yang memberikan manfaat dan mudhorot. Kalau Allah mengenghendaki untuk memberikan manfaat kepada seseorang maka tidak akan ada yang bisa mencegahnya. Demikian pula sebaliknya ketika Allah menghendaki untuk menimpakan mushibah pada seseorang maka tidak akan ada yang bisa menolaknya. Keyakinan tersebut melazimkan kita sebagai seorang muslim untuk hanya bergantung kepada Allah subhanahu wa ta'ala semata dan merasa cukup dengan Allah di dalam usaha mendapatkan manfaat dan menghindari mudhorot seperti dalam mencari rezeki mencari keselamatan kesembuhan dari penyakit dan lain-lain, serta tidak bergantung sekali-kali kepada benda-benda yang dikeramatkan seperti jimat, wafak, susuk, dan yang sejenisnya. Rasulullah ﷺ mengingatkan:

مَنْ عَلَّقَ تَمِيمَةً فَقَدْ أَشْرَكَ

Artinya: "Barangsiapa yang menggantungkan jimat (tamimah) maka sungguh dia terlah berbuat syirik." --(HR. Ahmad No. 16781 dishohihkan oleh Syaikh Al-Albani)

Apabila seseorang meyakini bahwa barang tersebut hanya sebab saja, maka hal itu termasuk syirik kecil, karena dia telah menjadikan sesuatu yang bukan sebab sebagai sebab. Padahal yang berhak menentukan sesuatu sebagai sebab atau tidak adalah zat yang menciptakannya, yaitu Allah. Perlu diketahui bahwa dosa syirik kecil tidak bisa disepelekan karena dosa syirik kecil tetap lebih besar daripada dosa-dosa besar, seperti dosa zina, dosa membunuh, dan lain-lain. Kemudian apabila seseorang meyakini bahwa barang tersebut dengan sendirinya memberikan manfaat dan mudhorot, maka itu termasuk syirik besar yang mengeluarkannya dari Islam.

Rabu, 18 September 2019

Halaqoh-6 Silsilah Ilmiyah Belajar Tauhid: Apa Itu Tauhid?

Apa Itu Tauhid?

Tauhid secara bahasa adalah "mengesakan". Adapun secara istilah maka tauhid adalah mengesakan Allah di dalam beribadah. Seseorang tidak dinamakan bertauhid sehingga meninggalkan peribadatan kepada selain Allah subhanahu wa ta'ala, seperti berdoa kepada selain Allah, bernadzar untuk selain Allah, menyembelih untuk selain Allah, dan lain-lain. Apabila seseorang beribadah kepada Allah dan menyerahkan sebagian ibadah kepada selain Allah, siapa pun dia, baik kepada seorang nabi, malaikat atau selainnya, maka inilah yang dinamakan dengan syirik, yaitu menyekutukan Allah di dalam beribadah. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:

وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ لِأَبِيهِ وَقَوْمِهِ إِنَّنِي بَرَاءٌ مِمَّا تَعْبُدُونَ. إِلَّا الَّذِي فَطَرَنِي فَإِنَّهُ سَيَهْدِينِ

Artinya: "Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya: 'Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu sembah, tetapi (aku menyembah) Tuhan Yang menjadikanku; karena sesungguhnya Dia akan memberi hidayah kepadaku'." --(Az-Zukruf : 26-27)

Rasulullah ﷺ bersabda:

مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَكَفَرَ بِمَا يُعْبَدُ مِنْ دُونِ اللَّهِ حَرُمَ مَالُهُ وَدَمُهُ وَحِسَابُهُ عَلَى اللَّهِ

Artinya: "Barangsiapa yang mengucapkan tidak ada tuhan (yang berhak disembah) melainkan Allah, dan mengkufuri sesuatu yang disembah selain Allah, maka telah haram harta dan darahnya, dan pahalanya di sisi Allah." --(HR. Muslim No. 23)

Oleh karena itu rukun kalimat tauhid Laa ilaaha illallah ada dua, yaitu:

Pertama adalah nafi (pengingkaran) pada kalimat laa ilaaha yang artinya "tidak ada tuhan yang berhak disembah". Ini adalah kalimat pengingkaran, yakni mengingkari tuhan-tuhan selain Allah subhanahu wa ta'ala.

Yang kedua, itsbat (penetapan)yaitu penetapan, pada kalimat "illallah", yang artinya "kecuali Allah", ini adalah kalimat penepatan yang menetakan Allah subhanahu wa ta'ala sebagai satu-satunya sesembahan.

Halaqoh-5 Sililah Ilmiyah Belajar Tauhid: Taubat dari Kesyirikan

Taubat dari Kesyirikan

Orang yang berbuat syirik dan meninggal dunia tanpa bertaubat kepada Allah, maka dosa syiriknya tidak akan diampuni. Namun jika dia bertaubat sebelum meninggal maka Allah akan mengampuni dosanya bagaimanapun besar dosa tersebut. Taubat nasuha adalah taubat yang terpenuhi di dalamnya tiga syarat berikut:

  1. Menyesal
  2. Meninggalkan perbuatan tersebut
  3. Bertekad kuat untuk tidak mengulangi lagi

Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:

قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

Artinya: "Katakanlah: 'Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.'" --(Az-Zumar : 53)

Rasulullah ﷺ bersabda:

إِنَّ اللَّهَ يَقْبَلُ تَوْبَةَ الْعَبْدِ مَا لَمْ يُغَرْغِرْ

Artinya: "Sesungguhnya Allah menerima taubat seorang hamba selama ruh belum sampai ke tenggorokan." --(HR. Tirmidzi No. 3537 dan Ibnu Majah No. 4243)

Para sahabat Nabi ﷺ tidak semuanya lahir dalam keadaan Islam, bahkan banyak di antara mereka masuk Islam ketika sudah besar yang sebelumnya bergelimang dengan kesyirikan. Supaya tidak terjerumus kembali ke dalam kesyirikan maka seseorang harus mempelajari tauhid dan memahaminya dengan baik serta mengetahui jenis-jenis kesyirikan sehingga bisa menjauhinya.

Halaqoh-4 Silsilah Ilmiyah Belajar Tauhid: Syirik Membatalkan Amal

Syirik Membatalkan Amal

Syirik adalah dosa besar yang bisa membatalkan amal seseorang. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:

وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ. بَلِ اللَّهَ فَاعْبُدْ وَكُنْ مِنَ الشَّاكِرِينَ

Artinya: "Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi. Karena itu, maka hendaklah Allah saja kamu sembah dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur." --(Az-Zumar : 65-66)

Di dalam ayat ini disebutkan bahwa seorang nabi pun akan batal amalannya apa bila dia berbuat syirik. Oleh karena itu jagalah amalan yang sudah anda tabung bertahun-tahun. Jangan biarkan amalan anda hilang begitu saja karena kejahilan anda terhadap tauhid dan syirik. Terkadang sebuah perbuatan yang kita anggap biasa bisa menghancurkan amalan sebesar gunung dan belum tentu ada waktu lagi untuk menabung kembali.

Halaqoh-3 Silsilah Ilmiyah Belajar Tauhid: Bahaya Kesyirikan

Bahaya Kesyirikan

Tauhid adalah amalan yang paling Allah cintai. Sebaliknya syirik, yaitu menyekutukan Allah di dalam beribadah, adalah amalan yang sangat Allah murkai. Allah Subhanahu wa ta'ala memang Maha pengampun, akan tetapi bila seseorang meninggal dunia dalam keadaan berbuat syirik besar kepada Allah, maka Allah tidak akan mengampuni dosa syirik tersebut. Akibatnya dia kekal di dalam neraka selama-lamanya dan tidak ada harapan baginya untuk masuk ke dalam surga Allah Azza wa Jalla. Dan sungguh ini adalah kerugian, dan tidak ada kerugian yang lebih besar dari pada kerugian tersebut. Allah berfirman:

إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ

Artinya: "Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya." --(An-Nisa' : 48)

Allah subhanahu wa ta'ala juga berfirman:

إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ ۖ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ

Artinya: "Sesungguhnya orang yang mempersekutukan Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun." --(Al-Maidah : 72)

Halaqoh-2 Silisilah Ilmiyah Belajar Tauhid: Tauhid Syarat Mutlaq Masuk Surga

Tauhid Syarat Mutlaq Masuk Surga

Orang yang menginginkan kebahagian di surga maka dia harus memiliki modal yang satu ini, yaitu tauhid. Tidak akan masuk surga kecuali orang-orang yang bertauhid. Orang yang bertauhid pasti akan masuk surga meskipun mungkin sebelumnya dia diazab terlebih dahulu di dalam neraka karena dosa-dosa yang pernah dia lakukan di dunia. Nabi ﷺ bersabda:

مَنْ شَهِدَ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ وَأَنَّ عِيسَى عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ وَكَلِمَتُهُ أَلْقَاهَا إِلَى مَرْيَمَ وَرُوحٌ مِنْهُ وَالْجَنَّةُ حَقٌّ وَالنَّارُ حَقٌّ أَدْخَلَهُ اللَّهُ الْجَنَّةَ عَلَى مَا كَانَ مِنْ الْعَمَلِ

Artinya: "Barang siapa yang bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak kecuali Allah satu-satunya dengan tidak menyekutukan-Nya dan bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan utusan-Nya dan (bersaksi) bahwa 'Isa adalah hamba Allah, utusan-Nya dan firman-Nya yang Allah berikan kepada Maryam dan ruh dari-Nya, dan surga adalah haq (benar adanya), dan neraka adalah haq, maka Allah akan memasukkan orang itu ke dalam surga betapapun keadaan amalnya" --(HR. Bukhari No.3435 dan Muslim No. 28)

Di dalam hadist yang lain, Nabi bersabda:

فَإِنَّ اللَّهَ قَدْ حَرَّمَ عَلَى النَّارِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ يَبْتَغِي بِذَلِكَ وَجْهَ اللَّهِ

Artinya: "Sesungguhnya Allah telah mengharamkan neraka bagi orang yang mengucapkan LAA ILAAHA ILLALLAH dengan mengharap ridha Allah." --(HR. Bukhori No. 425)

Oleh karena tidak heran jika prioritas dakwah para rasul dan orang-orang yang mengikuti mereka adalah tauhid.

Halaqoh-1 Silsilah Ilmiyah Belajar Tauhid: Mengapa Kita Wajib Belajar Tauhid

Mengapa Kita Harus Belajar Tauhid?

Belajar tahid merupakan kewajiban setiap muslim, laki-laki maupun wanita karena Allah subhanahu wa ta'ala menciptakan manusia dan jin hanyalah untuk bertauhid, yaitu mengesakan ibadah kepada Allah. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Artinya: "Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepadaKu." --(Adz-Dzariat : 56)

Oleh karena itu, Allah subhanahu wa ta'ala mengutus para rasul kepada setiap umat, tujuannya adalah untuk mengajak mereka kepada tauhid. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ

Artinya: "Dan sungguh telah kami bangkitkan pada setiap umat seorang rasul (yang menyerukan) tentang 'Sembahlah Allah (saja) dan jauhilah Thogut.'" --(An-Nahl : 36)

Makna Ath-Thogut adalah segala sesembahan selain Allah subhanahu wa ta'ala. Oleh karena itu, seorang muslim yang tidak memahami tauhid, yang merupakan inti ajaran islam, maka sebenarnya dia tidak memahami agamanya meskipun mengakui mempelajari ilmu-ilmu yang banyak.